Harga minyak naik usai Goldman Sachs proyeksi Brent ke US$ 70 per barel di kuartal II



KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga minyak menguat pada hari perdagangan hari ini setelah kekhawatiran pasokan akibat penurunan produksi minyak mentah Amerika Serikat (AS) usai Texas dilanda cuaca dingin ekstrim. 

Senin (22/2) pukul 13.00 WIB, harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman April 2021 naik 76 sen, atau 1,2% menjadi US$ 61,67 per barel, setelah naik hampir 1% di minggu lalu. 

Serupa, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman Maret 2021 naik 74 sen, atau 1,3% ke level US$ 59,98 per barel, setelah turun 0,4% minggu lalu.


Keperkasaan harga minyak bertambah setelah Goldman Sachs menaikkan perkiraan untuk minyak Brent sebesar US$ 10. Dengan ekspektasi baru ini, maka Brent ditargetkan dapat mencapai US$ 70 pada kuartal kedua dan US$ 75 di kuartal ketiga mendatang.

"Kami sekarang memperkirakan bahwa harga minyak akan naik lebih cepat dan lebih tinggi, didorong oleh perkiraan persediaan yang lebih rendah dan biaya marjinal yang lebih tinggi - setidaknya dalam jangka pendek - untuk memulai kembali aktivitas hulu," kata analis Goldman dalam laporannya.

Cuaca dingin yang tidak normal di Texas dan negara bagian Plains, para analis memperkirakan ada penutupan paksa hingga 4 juta barel per hari (bpd) produksi minyak mentah bersama dengan 21 miliar kaki kubik produksi gas alam.

Baca Juga: Harga minyak merangkak naik Senin (22/2) pagi, WTI ke US$ 59,98 per barel

Kru ladang minyak mungkin akan membutuhkan beberapa hari untuk menghilangkan es katup, memulai kembali sistem dan memulai produksi minyak dan gas. Pabrik penyulingan Pantai Teluk AS sedang menilai kerusakan dan mungkin membutuhkan waktu hingga tiga minggu untuk memulihkan sebagian besar operasi mereka, kata para analis, meskipun terhambat oleh tekanan air rendah, gas dan kehilangan daya.

"Dengan tiga perempat kru fracking mundur, kemungkinan dimulainya kembali produksi dengan cepat semakin rendah," kata ANZ Research dalam sebuah catatan.

"Jangka panjang, penurunan belanja modal di perusahaan minyak serpih AS tahun ini akan membuat aktivitas pengeboran tenang, menyebabkan output tetap di bawah level sebelum pandemi."

Untuk pertama kalinya sejak November, perusahaan pengeboran AS memangkas jumlah rig minyak yang beroperasi, karena dingin dan salju yang menyelimuti Texas, New Mexico, dan pusat penghasil energi lainnya.

Selanjutnya: Harga tembaga tembus ke US$ 9.000 per ton, pertama kali sejak September 2011

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari