KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Minyak memperpanjang kenaikan pada hari Jumat (4/6). Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak Juli 2021 di NYMEX ditutup pada US$ 69,62 per barel yang merupakan level tertinggi tahun ini. Sedangkan harga minyak Brent kontrak Agustus 2021 di ICE Futures ditutup pada US$ 71,89 per barel. Ini juga harga tertinggi minyak Brent tahun 2021. Pada perdagangan kemarin, harga minyak WTI menguat 1,18% dan naik 4,98% dalam sepekan terakhir. Sedangkan harga minyak Brent kemarin menguat 0,81% dan melesat 4,61% dalam sepekan.
Disiplin pasokan OPEC+ dan pulihnya permintaan melawan kekhawatiran tentang peluncuran vaksinasi Covid-19 yang tidak merata di seluruh dunia. OPEC+pada hari Selasa mengatakan akan tetap berpegang pada pembatasan pasokan yang disepakati.
Baca Juga: Pungutan ekspor CPO akan diturunkan, simak efeknya ke emiten menurut analis Sebuah laporan pasokan mingguan pada hari Kamis menunjukkan persediaan minyak mentah AS turun lebih dari yang diharapkan minggu lalu. Harga minyak memperpanjang kenaikan setelah angka AS menunjukkan
nonfarm payrolls meningkat 559.000 pekerjaan bulan lalu. Dolar AS melemah setelah laporan tersebut, membuat minyak lebih murah bagi pemegang mata uang lain dan memberikan dukungan untuk harga minyak. "Setelah banyak bermalas-malasan, Brent tampaknya telah menemukan rumah baru di atas US$ 70," kata Stephen Brennock dari pialang minyak PVM. "Musim panas dan pembukaan kembali ekonomi global adalah
bullish untuk permintaan minyak di paruh kedua tahun ini," ujar dia.
Baca Juga: Pelajaran dari Industri Pelayaran Global Penopang harga minyak ini juga berasal dari perlambatan dalam pembicaraan antara Amerika Serikat dan Iran mengenai program nuklir yang mengurangi harapan kembalinya pasokan minyak Iran. "Pasar energi terkunci dalam pembicaraan nuklir Iran yang akan dimulai minggu depan," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA. "Perundingan putaran kelima akan memanas minggu depan dan itu akan membuat harga minyak tetap didukung karena Teheran akan tetap pada garis merah mereka untuk memulihkan kesepakatan nuklir," kata Moya.
Sementara itu, produksi minyak mentah AS kemungkinan akan tumbuh lebih lambat dari yang diharapkan karena produsen hanya menambahkan sejumlah rig tambahan untuk meningkatkan produksi. Para produsen memilih untuk mendorong harga dan keuntungan yang lebih tinggi. Sementara meningkatnya permintaan dan kecepatan vaksinasi di negara-negara seperti Amerika Serikat telah mendorong minyak, peluncuran inokulasi yang lebih lambat dan infeksi yang tinggi di negara-negara seperti Brasil dan India memukul permintaan di pasar minyak dengan pertumbuhan tinggi. "Tidak setiap negara di dunia berada dalam mode pemulihan penuh, tetapi saat ini tampaknya tidak ada hambatan yang mampu membalikkan momentum
bullish yang dibawa oleh permintaan musim panas yang kuat," kata analis pasar minyak Rystad Energy Louise Dickson.
Baca Juga: Melonjak di akhir pekan, harga emas masih cenderung turun dalam sepekan Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati