JAKARTA. Laju harga minyak yang sepertinya belum akan terhenti, dipandang masih aman bagi anggaran negara. Pengamat Ekonomi LIPI Latief Adam menyebut harga minyak masih akan terus naik, setidaknya hingga kuartal I-2011. Pasalnya, sejak November ini permintaan minyak lebih tinggi seiring memasuki musim dingin di beberapa negara. Selain itu, faktor penguatan nilai tukar rupiah juga mendongkrak kenaikan harga minyak, karena Indonesia membeli minyak dalam dollar.Namun, Latief bilang kenaikan harga minyak ini tidak perlu terlalu dikhawatirkan. Sebab, secara rata-rata harga minyak di 2010 masih di dalam range US$ 80, karena pada awal-awal tahun harganya masih di bawah itu.Lebih lanjut, dia mengatakan pemerintah sepertinya belum perlu merevisi anggaran terkait asumsi makro dalam APBN 2011 yang mencatatkan harga minyak sebesar US$ 80 per barel"Kita harus ingat, harga US$ 80 adalah rata-rata per tahun, jadi kemungkinan besar ada yang diatas dan dibawah US$ 80 per barel, jadi mungkin pemerintah berpandangan itu harga rata-rata," ujar Latief. Tapi, lanjutnya, Pemerintah perlu mengkaji dan mempertimbangkan kecenderungan pergerakan harga minyak kedepannya. Apakah kecenderungan harganya di atas ICP atau dibawah. Jika Pemerintah punya hitungan valid bahwa kemungkinan besar harga minyak dunia di bawah, dan ICP masih aman, masuk akal Pemerintah tidak berkeinginan menaikannya.Kalaupun, Pemerintah mau melakukan revisi, menurut Latief, harus melihat perkembangan harga minyak hingga kuartal I-2011. Kuartal I akan jadi patokan, apakah dalam 9 bulan nanti kecenderungan harga minyak di bawah asumsi. "Jadi disini momentumnya untuk merubah asumsi harga minyak," tandasnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Harga minyak rata-rata US$ 80, APBN 2011 masih aman
JAKARTA. Laju harga minyak yang sepertinya belum akan terhenti, dipandang masih aman bagi anggaran negara. Pengamat Ekonomi LIPI Latief Adam menyebut harga minyak masih akan terus naik, setidaknya hingga kuartal I-2011. Pasalnya, sejak November ini permintaan minyak lebih tinggi seiring memasuki musim dingin di beberapa negara. Selain itu, faktor penguatan nilai tukar rupiah juga mendongkrak kenaikan harga minyak, karena Indonesia membeli minyak dalam dollar.Namun, Latief bilang kenaikan harga minyak ini tidak perlu terlalu dikhawatirkan. Sebab, secara rata-rata harga minyak di 2010 masih di dalam range US$ 80, karena pada awal-awal tahun harganya masih di bawah itu.Lebih lanjut, dia mengatakan pemerintah sepertinya belum perlu merevisi anggaran terkait asumsi makro dalam APBN 2011 yang mencatatkan harga minyak sebesar US$ 80 per barel"Kita harus ingat, harga US$ 80 adalah rata-rata per tahun, jadi kemungkinan besar ada yang diatas dan dibawah US$ 80 per barel, jadi mungkin pemerintah berpandangan itu harga rata-rata," ujar Latief. Tapi, lanjutnya, Pemerintah perlu mengkaji dan mempertimbangkan kecenderungan pergerakan harga minyak kedepannya. Apakah kecenderungan harganya di atas ICP atau dibawah. Jika Pemerintah punya hitungan valid bahwa kemungkinan besar harga minyak dunia di bawah, dan ICP masih aman, masuk akal Pemerintah tidak berkeinginan menaikannya.Kalaupun, Pemerintah mau melakukan revisi, menurut Latief, harus melihat perkembangan harga minyak hingga kuartal I-2011. Kuartal I akan jadi patokan, apakah dalam 9 bulan nanti kecenderungan harga minyak di bawah asumsi. "Jadi disini momentumnya untuk merubah asumsi harga minyak," tandasnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News