Harga Minyak Rebound Rabu (16/10) Pagi, Setelah Anjlok Kemarin



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak berusaha rebound pada perdagangan Rabu (16/10) pagi, setelah terkoreksi dalam kemarin. Pukul 06.13 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman November 2024 di New York Mercantile Exchange ada di US$ 71,07 per barel, naik 0,69% dari sehari sebelumnya yang ada di US$ 70,58 per barel.

Harga minyak naik pagi ini, setelah anjlok kemarin. 

Mengutip Reuters, kemarin harga minyak sempat anjlok lebih dari 4% ke level terendah hampir dua pekan karena prospek permintaan yang melemah, serta adanya laporan yang mengatakan bahwa Israel tidak akan menyerang situs nuklir dan minyak Iran.


"Kami melihat pengurangan premi perang yang kami bangun minggu lalu," kata Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group. 

Baca Juga: Israel Tegaskan Siap Membalas Iran Berdasarkan Kepentingan Nasional

"Apa yang kami lihat, sebenarnya bukan tentang pasokan, melainkan tentang risiko terhadap pasokan dan permintaan."

Brent dan WTI turun sekitar $5 sepanjang minggu ini, hampir menghapus keuntungan kumulatif yang dibuat setelah investor khawatir Israel dapat menyerang fasilitas minyak Iran sebagai balasan atas serangan rudal Teheran pada tanggal 1 Oktober.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan kepada Amerika Serikat bahwa Israel bersedia menyerang target militer Iran dan bukan target nuklir atau minyak, Washington Post melaporkan pada hari Senin malam.

Baik OPEC dan Badan Energi Internasional minggu ini memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan minyak global pada tahun 2024, dengan China menyumbang sebagian besar penurunan peringkat.

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Anjlok 4% Selasa (15/10), Kekhawatiran Gangguan Pasokan Iran Reda

OPEC telah memproyeksikan peningkatan permintaan global yang jauh lebih kuat tahun ini dibandingkan IEA. Namun,  "Serangkaian penyesuaian yang lebih rendah merupakan semacam pengakuan atas angan-angan," kata John Evans dari pialang minyak PVM.

OPEC dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, dapat mengubah rencana produksi untuk akhir tahun ini, kata Andrew Lipow, presiden Lipow Oil Associates.

"Saya pikir OPEC+ akan menunda peningkatan produksi akhir tahun ini," kata Lipow.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi