KUALA LUMPUR. Harga minyak goreng semakin panas. Harga kontrak minyak sawit atau crude palm oil (CPO) untuk pengiriman Agustus 2007, yang menjadi patokan di Malaysia Derivatives Exchange, Selasa (29/5), mencetak rekor baru di RM 2.582 per ton atau US$ 763 per ton pada akhir sesi perdagangan pertama. Meski akhirnya kontrak tersebut ditutup di level RM 2.538 per ton atau US$ 736,02 per ton, sepanjang tahun 2007 harga CPO sudah naik 30%.Dorab Mistry, Direktur pada Godrej International Limited yang merupakan analis CPO paling kondang, memperkirakan harga CPO akan terus naik karena permintaan yang kuat dan semakin menipisnya suplai CPO dunia. "Kontrak CPO untuk 3 bulan ke depan akan mencapai RM 2.600 hingga RM 2.700 per ton dalam waktu dekat," ujar Mistry, sebagaimana dikutip Dow Jones Newswires, Selasa (29/5).Para pialang di pasar pun sepakat dengan Mistry. "Perkiraan Mistry masuk akal. Memang permintaan asing terhadap CPO sangat besar dan produksi maupun suplainya tidak mampu mengikuti," ujar seorang pialang seperti dikutip Reuters. Pialang lainnya mengatakan, perkiraan Mistry itu bagai menyiramkan minyak tanah ke api. Akibatnya, semua pelaku pasar bersaing untuk mendapatkan keuntungan dari CPO.
Harga Minyak Sawit Semakin Menuju Langit
KUALA LUMPUR. Harga minyak goreng semakin panas. Harga kontrak minyak sawit atau crude palm oil (CPO) untuk pengiriman Agustus 2007, yang menjadi patokan di Malaysia Derivatives Exchange, Selasa (29/5), mencetak rekor baru di RM 2.582 per ton atau US$ 763 per ton pada akhir sesi perdagangan pertama. Meski akhirnya kontrak tersebut ditutup di level RM 2.538 per ton atau US$ 736,02 per ton, sepanjang tahun 2007 harga CPO sudah naik 30%.Dorab Mistry, Direktur pada Godrej International Limited yang merupakan analis CPO paling kondang, memperkirakan harga CPO akan terus naik karena permintaan yang kuat dan semakin menipisnya suplai CPO dunia. "Kontrak CPO untuk 3 bulan ke depan akan mencapai RM 2.600 hingga RM 2.700 per ton dalam waktu dekat," ujar Mistry, sebagaimana dikutip Dow Jones Newswires, Selasa (29/5).Para pialang di pasar pun sepakat dengan Mistry. "Perkiraan Mistry masuk akal. Memang permintaan asing terhadap CPO sangat besar dan produksi maupun suplainya tidak mampu mengikuti," ujar seorang pialang seperti dikutip Reuters. Pialang lainnya mengatakan, perkiraan Mistry itu bagai menyiramkan minyak tanah ke api. Akibatnya, semua pelaku pasar bersaing untuk mendapatkan keuntungan dari CPO.