Harga minyak sawit terangkat sementara



JAKARTA. Harga minyak sawit alias crude palm oil (CPO) berhasil bangkit. Namun, analis menilai performa CPO belum akan cemerlang. Sebab, lesunya perekonomian global akan menyeret tingkat permintaan minyak nabati tersebut.

Mengutip Bloomberg, Jumat (10/7), kontrak CPO pengiriman September 2015 di Malaysia Derivative Exchange (MDE) naik 0,32% dibandingkan hari sebelumnya menjadi RM 2.194 per metrik ton. Sepekan, harga anjlok 3,34%.

Ibrahim, Analis dan Direktur PT Komoditi Ekuilibrium Berjangka menilai, ada beberapa faktor yang menyebabkan harga CPO terangkat sementara. Pertama, menguatnya gangguan iklim El Nino yang melanda negara-negara Asia Tenggara sebagai produsen terbesar CPO.


Pihak Amerika Serikat (AS) memprediksi El Nino akan bertahan hingga tahun 2016. Sedangkan Malaysian Meteorological Department melaporkan ada peluang 80% bahwa fenomena tersebut berlangsung hingga menjelang musim semi.

“El Nino diperpanjang, mengakibatkan kekeringan sehingga berpengaruh terhadap produksi sawit,” tuturnya. Sekadar informasi, minyak sawit membutuhkan 150 mm hingga 200 mm curah hujan bulanan.

Lihat saja persediaan komoditas tersebut per Juni 2015 di Malaysia, produsen terbesar minyak sawit kedua di dunia, yang terkoreksi 4,3% ketimbang bulan sebelumnya menjadi 2,15 juta metrik ton. Di saat yang sama, produksi CPO Malaysia juga terlempar 2,6% menjadi 1,76 juta ton.

Kedua, menguatnya harga minyak kedelai sebagai barang substitusi CPO. Harga minyak kedelai untuk pengiriman Desember 2015 menggemuk 0,7% menjadi 32,99 per lbs di Chicago Board of Trade (CBOT).

Ketiga, mulai pulihnya bursa saham China sebagai konsumen terbesar komoditas. Perusahaan pialang saham beramai-ramai membeli kembali (buyback) saham untuk menopang pergerakan saham mereka.

Sebanyak 21 perusahaan broker besar akan membeli kembali saham senilai US$ 19,4 miliar. Memang sekitar US$ 3,9 triliun sempat menguap dari bursa Negeri Tirai Bambu dalam waktu kurang dari sebulan. “Aksi ini menjadi sentimen positif bagi minyak sawit,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto