Harga minyak semakin panas



KONTAN.CO.ID - Adanya kenaikan tingkat permintaan dan pemangkasan produksi yang berjalan, mengantar harga minyak mentah west texas tntermediatel (WTI) hampir menyentuh level US$ 50 per barel dalam perdagangan Jumat (15/9).

Mengutip Bloomberg, harga kontrak pengiriman Oktober 2017 di ICE Futures stagnan di level US$ 49,89 per barel sama dengan harga sehari sebelumnya. Namun dalam sepekan, harga minyak telah melambung 5,07%.

"International Energy Agency (IEA) merevisi perkiraan permintaan di tahun 2017. Menurut IEA, permintaan mengalami kenaikan dari 100.000 barel per hari menjadi 1,6 juta barel per hari," papar Research & Analyst Asia Tradepoint Deddy Yusuf Siregar kepada KONTAN, hari ini.


Kemudian, katalis positif juga datang dari laporan IEA yang menyebutkan produksi minyak OPEC di bulan Agustus turun sebesar 79.000 barel per hari menjadi 32,76 juta barel.

Sementara, imbas dua badai besar yang sempat menerjang Texas dan Florida disebut Deddy tidak sesuai dengan yang diperkirakan oleh pasar. "Kerusakannya dianggap tidak terlalu parah sehingga ini juga menjadi salah satu sentimen harga," imbuh Deddy.

Lanjut Deddy, perhatian pasar kini juga akan tertuju pada data Baker Hughes yang akan merilis aktivitas sumur pengeboran AS. Sebagai informasi, pekan lalu jumlah sumur aktif di AS turun tiga unit, yang artinya dalam sepekan produksi minyak di AS juga sedikit turun. "Hal ini yang masih menjadi salah satu daya ungkit harga," kata Deddy lagi.

Deddy menilai, sejatinya harga minyak masih dalam tren yang ciamik. Menurutnya, belum ada sentimen yang mampu mematahkan harga minyak. Dia mamperkirakan, harga minyak masih akan bergulir stabil di level US$ 46 - US$ 55 per barel. "Karena sampai saat ini pelaku pasar percaya apa yang dilakukan OPEC akan dijalankan hampir oleh seluruh anggotanya," jelas Deddy.

Namun, Deddy bilang, pada dasarnya area US$ 50 per barel ini merupakan area sensitif bagi minyak. "Terjadi tarik menarik sentimen, di mana AS memompa produksi minyaknya, tapi di sisi lain OPEC mengekang produksi minyak hingga kuartal I-2018," ungkap Deddy lagi.

Untuk itu, Deddy memprediksi harga minyak pada Senin (18/9) berpotensi menguat di rentang US$ 48,56 - US$ 50,50 per barel. Sedang di pekan depan harga juga masih punya peluang menguat ke US$ 47,30 - US$ 52,00 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati