Harga minyak sentuh level terendah sejak 2009



JAKARTA. Harga minyak mentah dunia terus terpuruk. Sentimen timbul akibat kekhawatiran pasar terjadinya oversupply sehingga menjadi penekan utama hingga harga minyak terseret ke titik terendah sejak tahun 2009 silam.

Mengutip Bloomberg, Rabu (22/7) pukul 15.55 WIB harga minyak kontrak pengiriman September 2015 di bursa New York Merchantile Exchange merosot 1,49% ke level US$ 50,10 per barel dibanding hari sebelumnya. Sedangkan dalam sepekan terakhir harga ambruk 3,26%.

Nizar Hilmy, Analis SoeGee Futures menuturkan kemerosotan dalam harga minyak ini disusul rilis data American Petroleum Institute (API). Laporan perusahaan swasta ini menunjukkan bahwa stok minyak AS membengkak 2,3 juta barel minggu lalu. API juga menambahkan stok minyak di Cushing, Oklahoma, pangkalan minyak terbesar AS naik sebanyak 885 ribu barel per Jumat (17/7) lalu.


“Ditambah lagi dugaan bahwa data Energy Information Administration (EIA) AS minggu ini ikut melambung,” tambah Nizar. Adapun rilis data EIA dijadwalkan Rabu (22/7) malam dengan prediksi penurunan stok menipis dari minggu sebelumnya 4,3 juta barel menjadi hanya 1,7 juta barel. Sehingga cadangan minyak di AS diduga masih berada di kisaran 100 juta barel atau di atas rata-rata lima tahun terakhir.

Keadaan ini jelas buruk bagi harga minyak dunia. Pasalnya saat ini pelaku pasar sedang dihantui oleh membengkaknya pasokan minyak Iran di pasar global. Setelah sebelumnya Iran dan enam perwakilan negara dunia berhasil mencapai kesepakatan nuklir.

Tercapainya kesepakatan ini akan menjadi awal kembali dibukanya keran produksi minyak Iran ke pasar global. “Memang Iran belum ekspor minyak lagi tapi bayang-bayang kembalinya produksi minyak Iran saja sudah membuat harga tertekan sedemikian dalam,” papar Nizar.

Sebabnya, pelaku pasar menduga Iran bisa mengekspor 500 ribu hingga 1 juta barel per hari dalam setahun mendatang. “Jelas ini tidak baik bagi keadaan di pasar yang sedang ketumpahan stok,” tambah Nizar.

Berkaca pada hal itu, Nizar memprediksi harga minyak masih akan melorot hingga Kamis (23/7). Tekanan belum akan berubah selama pasar terus dibayangi oleh kekhawatiran stok yang banjir di pasar. “Apalagi jika rilis data AS menunjukkan kenaikan, harga minyak dunia bisa tembus di bawah level US$ 50 per barel dan akan terus terperosok,” kata Nizar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa