JAKARTA. Tampaknya industri batubara telah melewati masa bulan madu kenaikan harga. Perlahan tapi pasti, harga batubara cenderung merosot. Penurunan harga minyak mentah belakangan ini turut menyeret turun harga batubara.Rabu (8/3), harga batubara kontrak pengiriman Mei 2017 di ICE Futures Exchange turun 0,82% jadi US$ 77,70 per ton. Bahkan sepekan terakhir, harganya anjlok 5,53%.Harga minyak yang kembali menyentuh US$ 50 per barel menekan harga batubara. Selain itu, kurs dollar Amerika Serikat (AS) juga cenderung menguat. "Harga batubara turun karena nyaris tidak ada katalis positif yang bisa menjadi daya tahan," ujar Deddy Yusuf Siregar,
Research and Analyst Asia Tradepoint Futures, Kamis (9/3).
Harga batubara juga tertekan sentimen permintaan China. Laporan National Bureau of Statistics China menyebut, konsumsi batubara untuk sektor energi China di 2016 turun 4,7% dibanding 2015. "Artinya terjadi penurunan permintaan di China, yang merupakan salah satu konsumen utama," papar Deddy. Analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono juga menyebut katalis dari China masih jadi perhatian utama pelaku pasar dalam memandang tren pergerakan batubara. Menurutnya, hingga semester I-2017, harga masih akan bergerak dengan tren
bearish, karena belum seimbangnya pasokan dan permintaan di pasar global. "Rentang pergerakannya akan tetap berada di kisaran US$ 70-US$ 95 per ton di paruh pertama tahun ini, dengan asumsi harga minyak dunia tetap di atas level US$ 50 per barel," kata Wahyu. Namun jika harga minyak seperti saat ini, yang berada di bawah US$ 50 per barel, bukan tidak mungkin koreksi batubara semakin dalam. Karena itu, Deddy memprediksi hari ini harga batubara masih berpotensi melemah. Apalagi, data awal penyerapan tenaga kerja swasta di AS ternyata positif. Kelebihan pasokan Pelaku pasar juga perlu memperhatikan, International Energy Agency (IEA) memperkirakan produksi batubara global akan naik jadi 762,5 juta ton sepanjang 2017 ini. Hal ini membuka peluang terjadinya kelebihan pasokan batubara lantaran permintaan belum kunjung pulih. "Kalau bagi
trader untuk jangka pendek lebih baik
sell batubara sebelum harga kian merosot lebih tajam," imbuh Wahyu. Penurunan harga bisa saja berlanjut jika The Fed menaikkan suku bunga di FOMC bulan ini dan harga komoditas, terutama minyak, masih terus tertekan.
Dari sisi teknikal harian, Deddy menganalisa harga batubara saat ini bergerak di bawah
moving average (MA) 50 dan 100. Hal ini mendukung penurunan lanjutan. Garis
moving average convergence divergence (MACD) berada di area negatif berpola
downtrend.
Relative strength index (RSI) level 35 pun masih memberi sinyal penurunan harga. Hanya saja
stochastic level 23 sudah berada di area
oversold dan bisa memicu
rebound jangka pendek. Maka dari itu Deddy memprediksi harga batubara hari ini bergerak di kisaran US$ 76,3-US$ 78,85 per ton. Sedangkan Wahyu menganalisa harga batubara akan bergerak di rentang US$ 74-US$ 85 per ton sepekan ke depan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie