Harga minyak stabil, Brent US$ 64,22 per barel dan WTI US$ 58,04 per barel



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah dunia berusaha bangkit dari tren penurunan baru-baru ini, Selasa (14/1). Investor kini fokus pada penandatanganan kesepakatan perdagangan awal antara Amerika Serikat (AS dan China, konsumen utama minyak dunia, dan ekspektasi penurunan stok AS.

Melansir Bloomberg, pukul 14.49 WIB, minyak Brent naik 2 sen menjadi US$ 64,22 per barel. Sedangkan, minyak West Texas Intermediate (WTI) turun 4 sen menjadi US$ 58,04 per barel. Harga patokan minyak ini masing-masing kehilangan sekitar 5% dan 6%, pekan lalu.

"Harga minyak rebound moderat, menyusul penjualan intensif selama empat hari," Edward Moya, analis di pialang OANDA, mengatakan menunjuk pada optimisme kesepakatan perdagangan dan memudarnya kekhawatiran atas konflik AS-Iran.


Baca Juga: Impor minyak mentah tahunan China terus rekor dalam 17 tahun terakhir

"Harga minyak secara sementara rebound karena para investor menunggu perkembangan selanjutnya di front perdagangan dan ketika musim pendapatan dimulai."

Harga minyak mendapatkan dorongan menjelang penandatanganan di Gedung Putih pada hari Rabu (15/1) dari kesepakatan perdagangan Fase 1 AS-China, yang menandai langkah besar mengakhiri sengketa yang telah memotong pertumbuhan global dan mengurangi permintaan untuk minyak.

China berjanji untuk membeli lebih dari US$ 50 miliar pasokan energi dari Amerika Serikat selama dua tahun ke depan, menurut sebuah sumber yang menjelaskan tentang kesepakatan perdagangan.

Namun, dengan para pedagang sudah menentukan harga dalam penandatanganan kesepakatan, ada risiko downside lebih ke harga, kata Michael McCarthy, analis CMC Markets.

"Terlepas dari apakah kesepakatan itu ditandatangani, kami mungkin akan membeli rumor, menjual skenario fakta yang sedang berlangsung," tambahnya.

Secara terpisah, persediaan minyak mentah AS diperkirakan telah jatuh pekan lalu, sebuah jajak pendapat pendahuluan menunjukkan pada hari Senin.

Baca Juga: Harga minyak naik tipis, masih lebih rendah dari pekan lalu

Jajak pendapat dilakukan sebelum laporan dari American Petroleum Institute (API), sebuah kelompok industri, dan Administrasi Informasi Energi, sebuah agen dari Departemen Energi AS.

Impor minyak mentah China pada 2019 melonjak 9,5% dari tahun sebelumnya, mencetak rekor dalam 17 tahun terakhir, karena pertumbuhan permintaan dari kilang yang dibangun tahun lalu mendorong pembelian oleh importir utama dunia, data menunjukkan pada hari Selasa.

Di tempat lain, menteri energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman mengatakan negaranya akan bekerja untuk stabilitas pasar minyak pada saat ketegangan AS-Iran meningkat dan ingin melihat harga yang berkelanjutan dan pertumbuhan permintaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto