Harga Minyak Stabil di Pagi Ini, Brent ke US$ 78,6 dan WTI ke US$ 74,6 per Barel



KONTAN.CO.ID - TOKYO. Harga minyak sebagian besar stabil pada hari Kamis karena penarikan persediaan minyak mentah Amerika Serikat (AS) yang lebih kecil dari perkiraan dan kekhawatiran berkelanjutan atas permintaan China mengimbangi gangguan pasokan dari Libya.

Kamis (29/8) pukul 07.50 WIB, harga minyak mentah Brent untuk kontrak pengiriman Oktober 2024 turun 1 sen, atau 0,01% ke US$ 78,64 per barel.

Sementara, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Oktober 2024 naik 8 sen atau 0,1% US$ 74,60 per barel.


Kedua kontrak ditutup turun lebih dari 1% pada hari Rabu (28/8), setelah data menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah AS turun 846.000 barel menjadi 425,2 juta barel minggu lalu, lebih rendah dari ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters untuk penarikan 2,3 juta barel.

Namun, kerugian dibatasi oleh kekhawatiran atas gangguan pasokan dari Libya, anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC).

Baca Juga: Harga Minyak Ditutup Turun 1%, Stok Minyak Mentah AS Turun Lebih Rendah dari Proyeksi

Sejumlah ladang minyak di Libya telah menghentikan produksi di tengah perebutan kendali atas bank sentral negara itu, dengan satu perusahaan konsultan memperkirakan gangguan produksi antara 900.000 dan 1 juta barel per hari (bph) selama beberapa minggu.

Pada bulan Juli, Libya memproduksi sekitar 1,18 juta bph.

"Masalah sisi pasokan terus menghantui pasar. Produksi Libya telah berkurang lebih dari setengah minggu ini di tengah pertikaian politik," kata ANZ Research dalam sebuah catatan. "Produksi berisiko turun lebih jauh karena lebih banyak ladang ditutup."

Harapan bahwa bank sentral AS akan mulai memangkas suku bunga bulan depan juga mendukung harga minyak, dengan Presiden Federal Reserve Bank of Atlanta Raphael Bostic mengatakan bahwa dengan inflasi yang semakin turun dan pengangguran yang meningkat lebih dari yang diantisipasi, mungkin sudah waktunya untuk pemangkasan.

Suku bunga yang lebih rendah menurunkan biaya pinjaman, dan itu dapat meningkatkan aktivitas ekonomi dan meningkatkan permintaan minyak.

Editor: Anna Suci Perwitasari