KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga minyak stabil pada hari Jumat karena investor mempertimbangkan komentar terbaru dari Federal Reserve mengenai suku bunga di tengah inflasi yang tinggi,. Sementara itu tanda-tanda penguatan permintaan bahan bakar musiman di Amerika Serikat memberikan sokongan terhadap harga minyak. Harga minyak mentah berjangka Brent naik 5 sen menjadi US$ 81,41 per barel pada pukul 06.40 GMT, sementara harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik 2 sen menjadi US$ 76,89 per barel.
Harga minyak berjangka Brent menuju penurunan mingguan lebih dari 3%, dan harga minyak berjangka WTI berpotensi turun hampir 4% dari minggu lalu, karena kendala makroekonomi yang sedang berlangsung di AS telah menjaga keseimbangan harga minyak.
Baca Juga: Harga Minyak Berusaha Rebound Pada Jumat (24/5) Pagi "Latar belakang adanya kemungkinan suku bunga lebih tinggi untuk jangka waktu lebih lama membebani harga minyak secara signifikan minggu ini," kata Priyanka Sachdeva, analis pasar senior di Phillip Nova. Risalah pertemuan kebijakan terbaru The Fed yang dirilis pada hari Rabu menunjukkan para pembuat kebijakan mempertanyakan apakah suku bunga saat ini cukup tinggi untuk menjinakkan inflasi yang membandel. Beberapa pejabat bank sentral AS mengatakan mereka bersedia menaikkan biaya pinjaman lagi jika inflasi melonjak. Namun, Ketua Fed Jerome Powell dan pembuat kebijakan lainnya mengatakan mereka merasa kenaikan suku bunga lebih lanjut tidak mungkin terjadi. Suku bunga yang lebih tinggi dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi permintaan bahan bakar. Sementara itu, penguatan permintaan bensin di AS membantu menstabilkan harga menjelang liburan akhir pekan Memorial Day, yang dianggap sebagai awal musim mengemudi pada musim panas di AS. Badan Informasi Energi (EIA) mencatat permintaan bensin di AS mencapai level tertinggi sejak November. Hal ini membantu mendukung pasar karena pengemudi di AS menyumbang sekitar sepersepuluh dari permintaan minyak global.
Baca Juga: Harga Emas Antam Merosot Rp 12.000, Kamis (23/5), Cermati Sentimen dan Proyeksinya Di sisi lain, semua perhatian kini tertuju pada Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya alias OPEC+, dan pertemuan mereka pada tanggal 1 Juni untuk membahas apakah akan memperpanjang pengurangan produksi minyak secara sukarela sebesar 2,2 juta barel per hari. “Pasar juga ragu-ragu dalam mengambil posisi agresif menjelang pertemuan OPEC minggu depan, di mana kebijakan pasokan akan dibahas,” kata analis ANZ. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi