Harga Minyak Stabil Jelang Akhir Pekan Meski Prospek Pemangkasan Bunga Makin Nyata



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak stabil dalam tiga hari perdagangan terakhir hingga pagi ini setelah menguat pada tengah pekan. Investor bergulat dengan sinyal beragam mengenai permintaan minyak mentah. Ada kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi di Amerika Serikat (AS) dan peningkatan ekspektasi Federal Reserve akan segera memangkas suku bunga.

Jumat (19/7) pukul 6.52 WIB, harga minyak WTI kontrak Agustus 2024 di New York Mercantile Exchange turun 0,59% ke US$ 82,33 per barel dari posisi kemarin di US$ 82,82 per barel. Dalam sepekan, harga minyak acuan AS ini hanya naik tipis 0,14%.

Kemarin, harga minyak Brent kontrak September di ICE Futures menguat tipis 0,03% ke US$ 85,11 per barel. Dalam sepekan, harga minyak acuan internasional ini juga stabil cenderung menguat tipis 0,09%.


Jumlah orang Amerika yang mengajukan permohonan baru untuk tunjangan pengangguran meningkat lebih dari yang diperkirakan pada minggu lalu. Sementara klaim awal untuk tunjangan pengangguran negara bagian meningkat sebesar 20.000 menjadi 243.000 yang disesuaikan secara musiman untuk pekan yang berakhir 1 Juli.

Data tersebut memperkuat alasan bagi The Fed untuk mempercepat rencana penurunan suku bunganya, yang dapat memacu lebih banyak permintaan untuk minyak.

Baca Juga: Permintaan Belum Kuat, Harga Minyak Masih Konsolidasi

"Saya yakin ekspektasi sehat terhadap penurunan suku bunga The Fed dalam waktu dekat akan membatasi penurunan harga minyak," kata Tamas Varga dari pialang minyak PVM kepada Reuters.

Para pejabat Fed Rabu lalu bahwa bank sentral AS semakin dekat untuk menurunkan suku bunga mengingat membaiknya lintasan inflasi dan pasar tenaga kerja yang lebih seimbang. Kondisi ini akan memungkinkan pengurangan suku bunga pada bulan September.

Aktivitas ekonomi AS berkembang dengan laju yang sedikit hingga sedang dari akhir Mei hingga awal Juli. Perusahaan-perusahaan memperkirakan pertumbuhan yang lebih lambat di masa depan, menurut laporan yang dirilis oleh The Fed pada hari Rabu.

Namun, meningkatnya klaim pengangguran juga menandakan pelonggaran ekonomi yang dapat mengurangi permintaan minyak mentah, dan menjaga harga minyak agar tidak bergerak lebih tinggi, kata John Kilduff, partner di Again Capital di New York.

“Kenyataannya di lapangan adalah kita menghadapi perlambatan ekonomi yang berpotensi mengurangi permintaan minyak mentah,” kata Kilduff.

Baca Juga: Persediaan Minyak EIA Turun, Harga Minyak Mentah Kembali Menguat

Data pemerintah pada hari Rabu menunjukkan persediaan minyak mentah AS turun 4,9 juta barel pada pekan lalu, lebih besar dari perkiraan analis dalam jajak pendapat Reuters. "Tetapi permintaan bensin AS yang lemah membuat harga minyak tidak bergerak lebih tinggi," kata Kilduff.

Pertumbuhan ekonomi di Tiongkok, yang merupakan importir minyak mentah terbesar, juga membebani harga. Para pemimpin Tiongkok pada hari Kamis memberi isyarat bahwa pemerintah China akan tetap mengambil kebijakan ekonomi, meskipun hanya sedikit rincian konkret yang diungkapkan. Secara keseluruhan, peristiwa-peristiwa tersebut membantu mengurangi harapan investor akan dorongan untuk meningkatkan konsumsi di negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia.

Bank Sentral Eropa (ECB) mempertahankan suku bunga tidak berubah seperti yang diharapkan dan tidak memberikan petunjuk mengenai langkah selanjutnya. ECB menyebutkan bahwa inflasi masih tinggi dan akan berada di atas target hingga tahun depan.

Sementara itu, pertemuan tingkat menteri kecil OPEC+ yang dijadwalkan pada awal Agustus kemungkinan tidak akan merekomendasikan perubahan kebijakan produksi minyak kelompok tersebut. OPEC+ mulai mengurangi besaran pemangkasan produksi minyak mentah mulai Oktober, tiga sumber mengatakan kepada Reuters.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati