Harga Minyak Stabil, Pasar Menimbang Pemangkasan Pasokan Terhadap Ekonomi yang Lemah



KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga minyak bertahan stabil pada hari Selasa karena pasar menimbang pasokan dari pemotongan produksi untuk Agustus dari eksportir utama Arab Saudi dan Rusia terhadap data ekonomi yang mengisyaratkan permintaan minyak mentah yang lemah.

Selasa (4/7), harga minyak mentah jenis Brent berjangka untuk kontrak pengiriman September 2023 naik 22 sen atau 0,3% menjadi US$ 74,87 per barel.

Sejalan, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Agustus 2023 menguat 0,3% ke US$ 70,06 per barel.


Pasar AS akan ditutup pada hari Selasa untuk libur Hari Kemerdekaan.

Pada sesi sebelumnya, harga minyak acuan telah turun sekitar 1%.

Baca Juga: Harga Minyak Ditutup Anjlok 1% Dipicu Kekhawatiran Perlambatan Ekonomi

Di awal pekan ini, Arab Saudi mengatakan akan memperpanjang pemotongan sukarela 1 juta barel per hari (bpd) dari produksi hingga Agustus.

Sejalan, Rusia juga akan mengurangi ekspor minyaknya sebesar 500.000 barel per hari pada Agustus, kata Wakil Perdana Menteri Alexander Novak.

Pemotongan berjumlah 1,5% dari pasokan global dan membawa total yang dijanjikan oleh produsen minyak OPEC+ menjadi 5,16 juta barel per hari karena Riyadh dan Moskow berupaya menopang harga. OPEC+ termasuk anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya.

Persediaan minyak mentah AS diperkirakan turun sekitar 1,8 juta barel dalam seminggu hingga 30 Juni, penurunan ketiga minggu berturut-turut. Data industri tentang inventaris akan dipublikasikan pada hari Rabu dan data resmi pada hari Kamis, keduanya tertunda satu hari karena libur AS.

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Naik karena Arab Saudi dan Rusia Memangkas Pasokan, Senin (3/7)

Pasar tetap khawatir tentang permintaan minyak, bagaimanapun, setelah survei bisnis menunjukkan kemerosotan aktivitas pabrik global karena permintaan yang lesu di China dan Eropa.

Manufaktur AS juga turun lebih jauh pada bulan Juni, mencapai level yang terakhir terlihat pada gelombang awal pandemi COVID-19.

Sebuah jajak pendapat Reuters pekan lalu memperkirakan bahwa harga minyak akan berjuang untuk mendapatkan traksi tahun ini karena hambatan ekonomi global menghalangi setiap kenaikan yang dipicu oleh rebound di China atau pemotongan OPEC+.

Editor: Anna Suci Perwitasari