KONTAN.CO.ID - SYDNEY. Harga minyak stabil pada awal perdagangan hari ini setelah jatuh selama empat sesi terakhir karena tarif Amerika Serikat (AS) atas pasokan minyak mentah Kanada mungkin dilonggarkan. Di sisi lain, investor tetap waspada terhadap tarif yang tersisa pada Meksiko dan rencana produsen utama untuk meningkatkan produksi. Kamis (6/3) pukul 09.00 WIB, harga minyak mentah Brent untuk kontrak pengiriman Mei 2025 naik 42 sen, atau 0,61% ke US$ 69,72 per barel. Sejalan, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman April 2025 menguat 40 sen, atau 0,6% menjadi US$ 66,71 per barel.
Harga minyak mentah Brent anjlok 6,5% dalam empat sesi sebelumnya, turun ke level terendah sejak Desember 2021 pada hari Rabu (5/3). Sementara, harga minyak mentah WTI koreksi 5,8% selama periode yang sama ke level terendah sejak Mei 2023. Baca Juga: Harga Minyak Berusaha Rebound pada Kamis (6/3) Pagi, Setelah Turun Kemarin Harga minyak mentah setelah AS memberlakukan tarif pada perdagangan Kanada dan Meksiko, termasuk impor energi, pada saat yang sama produsen utama memutuskan untuk menaikkan kuota produksi untuk pertama kalinya sejak 2022. Penurunan mereda karena AS mengatakan akan membebaskan produsen mobil dari tarif 25%, meningkatkan optimisme bahwa dampak sengketa perdagangan dapat dikurangi. Selain itu, seorang sumber yang mengetahui diskusi tersebut mengatakan bahwa Presiden AS Donald Trump mungkin akan menghapuskan tarif 10% atas impor energi Kanada, seperti minyak mentah dan bensin, yang mematuhi perjanjian perdagangan yang ada. "Langkah-langkah perdagangan Trump mengancam akan mengurangi permintaan energi global dan mengganggu arus perdagangan di pasar minyak global. Hal ini diperburuk oleh peningkatan persediaan AS," kata Daniel Hynes, ahli strategi komoditas senior di ANZ dalam sebuah catatan pada hari Kamis. Sentimen pasar tetap bearish dari dampak ganda tarif dan keputusan OPEC+, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutu termasuk Rusia untuk meningkatkan produksi. Stok minyak mentah di AS, konsumen minyak terbesar di dunia, naik lebih dari yang diharapkan minggu lalu di tengah pemeliharaan kilang musiman, sementara persediaan bensin dan sulingan turun karena kenaikan ekspor, kata Badan Informasi Energi pada hari Rabu.