KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak stagnan setelah melemah dua hari sejak awal pekan. Harga minyak tertekan oleh skeptisisme seputar China dalam mencapai target pertumbuhan ekonomi. Harga komoditas energi ini juga tertekan oleh penurunan selera risiko investor meskipun mendapat dukungan dari melemahnya dolar Amerika Serikat (AS). Rabu (6/3) pukul 8.05 WIB, harga minyak mentah WTI stagnan di US$ 78,15 per barel. Kemarin, harga minyak acuan AS ini turun 0,7% dari posisi US$ 78,74 per barel. Harga minyak Brent kontrak Mei 2024 turun 0,92% ke US$ 82,04 per barel pada Selasa (5/3).
Tiongkok, importir minyak terbesar di dunia, menetapkan target pertumbuhan ekonomi pada tahun 2024 sekitar 5%. Meskipun target tersebut serupa dengan target tahun lalu dan sejalan dengan ekspektasi para analis, kurangnya rencana stimulus besar-besaran untuk menopang perekonomian negara yang sedang berjuang mengecewakan para investor. Baca Juga: Cadangan Devisa Diproyeksikan Turun Tipis pada Februari 2024, Ini Pemicunya “Target pertumbuhannya baik-baik saja, tetapi yang hilang adalah bagaimana mereka ingin mencapainya, stimulus seperti apa yang masih belum jelas untuk saat ini,” kata analis UBS Giovanni Staunovo seperti dikutip Reuters. Staunovo menambahkan, sentimen penghindaran risiko di pasar keuangan yang lebih luas juga memberikan tekanan pada harga minyak. Harga emas mencapai rekor tertinggi pada hari Selasa karena meningkatnya spekulasi penurunan suku bunga AS pada bulan Juni. Sementara Wall Street melemah karena melemahnya saham-saham megacap. Memberikan dukungan terhadap harga minyak, dolar AS tergelincir karena berkurangnya pertumbuhan di sektor jasa. Greenback yang lebih murah biasanya mendukung harga minyak dengan meningkatkan permintaan dari investor yang memegang mata uang lainnya. Baca Juga: Harga Minyak Turun Karena Transformasi Ekonomi Tiongkok Tak Membuahkan Hasil