Harga minyak sulit beranjak naik



JAKARTA. Harga minyak dunia merosot bersamaan dengan meningkatnya produksi sejumlah negara OPEC. Padahal, sejumlah produsen komoditas energi ini telah berkomitmen memangkas produksi minyak demi mengerek harga.

Berdasarkan data Bloomberg, Jumat (21/7), harga minyak jenis Brent (ICE) berada di US$ 48,06 per barel, dengan year to date tertinggi di US$ 59,03 sebarel pada awal Januari. Sedangkan, harga minyak mentah jenis WTI di Nymex ditutup di level US$ 45,77 per barel, dengan harga tertinggi di level US$ 57,51 per barel pada awal tahun 2017.

Berdasarkan data dari pelacak tanker Petro-Logistics SA, suplai minyak OPEC akan melebihi 33 juta barrel per hari pada bulan ini, lantaran anggota negara Arab Saudi dan Nigeria meningkatkan pengiriman. Hal ini menyebabkan sejumlah keraguan mengenai efektivitas OPEC yang mengupayakan pembatasan produksi dan menyeimbangkan pasar sesuai rencana pertemuan para produsen di St. Petersburg, Rusia.


Gene McGillian, manajer riset pasar dari Tradition Energy di Stamford, Connecticut menyatakan, untuk meningkatkan keadaan pasar, produsen harus menunjukkan telah benar-benar mengurangi stok minyaknya. "Tanpa itu, keuntungan lebih lanjut akan agak sulit didapat," jelas Gene seperti dikutip Bloomberg, Jumat (21/7).

Kenaikan harga minyak mentah juga tertahan, karena kekhwatiran mengenai pertumbuhan produksi minyak di Amerika Serikat, Libya dan Nigeria bakal mengganggu usaha negara-negara lain mengurangi produksinya. Pasalnya, Bloomberg mendata produksi minyak mentah AS melambung ke level tertinggi sejak 2015. Tak hanya itu, negara anggota OPEC, Ekuador menyatakan akan menambah jumlah produksi pada akhir tahun untuk meningkatkan pendapatan negara.

Research & Analyst Valbury Asia Futures Lukman Leong menyebutkan, harga minyak ideal berada di rentang US$ 45-US$ 55 per barel. Prediksi Lukman, Senin (24/7), harga minyak masih akan terkoreksi.

Sementara, Research & Analyst Monex Investindo Agus Chandra menilai, besok, harga minyak mungkin bertahan di level US$ 45,80 per barel. Adapun, di akhir tahun berada di angka US$ 50 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini