Harga Minyak Tembus ke US$ 83 per Barel, Berikut Sentimen Pendorongnya



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Harga minyak mengalami penguatan dalam beberapa waktu terakhir. Namun, komoditas energi diprediksi masih akan tertekan di tahun 2023.

Melansir Trading Economics pada Kamis (13/4) pukul 16.20 WIB, harga minyak ada di level US$ 83,40 per barel. Angka itu naik 16,24% dalam sebulan dan 2,98% dalam seminggu terakhir.

Sementara, minyak Brent ada di level US$ 87,54 per barel. Angka itu naik 13,22% dalam sebulan dan 2,41% dalam seminggu.


Research & Development ICDX Girta Yoga mengatakan, sentimen penggerak harga minyak disebabkan kekhawatiran akan mengetatnya pasokan dari OPEC+ tahun 2023, jika dilihat dari proyeksi yang dirilis oleh Energy Information Administration (EIA) maupun International Energy Agency (IEA).

Baca Juga: Harga Minyak Mentah Ditutup Menguat 2%, Fokus Investor Menanti Inflasi AS dan China

“Gangguan pengiriman minyak produksi Irak yang melalui Turki yang hingga saat ini masih dalam tahap negosiasi menambah kekhawatiran akan situasi pasokan global,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (13/4).

Sementara, di sisi permintaan, ada potensi peningkatan permintaan di China dan India. “Amerika Serikat (AS) juga mengisyaratkan akan mengisi kembali cadangan minyak strategis dalam waktu dekat. Hal itu menjadi katalis positif bagi harga minyak,” ungkapnya.

Girta memprediksi, harga minyak di akhir semester I 2023 akan bergerak di level resistance ada di kisaran US$ 90 – US$ 100 per barel. Lalu, di level support ada di kisaran US$ 70 – US$ 65 per barel.

Sementara, harga minyak di semester II 2023 diperkirakan akan bergerak di kisaran US$ 100 – US$ 110 per barel untuk level resistance. Untuk level support, ada di kisaran US$ 60 – US$ 70 per barel.

Baca Juga: Harga Minyak Memanas, Begini Rekomendasi Saham Emiten Migas dari Analis

Sentimen penggerak harga minyak di tahun ini adalah realisasi kebijakan pemangkasan produksi OPEC+, realisasi rencana pengisian kembali Cadangan Minyak Strategis AS.

“Lalu, kelanjutan konflik Ukraina dan sanksi ekonomi terhadap Rusia serta kelanjutan komitmen penurunan emisi global juga mempengaruhi harga minyak tahun ini,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli