Harga minyak tembus US$ 100



JAKARTA. Harga minyak diperdagangkan di atas US$ 100 per barel dalam dua hari perdagangan terakhir. Harga minyak naik setelah data Departemen Energi Amerika Serikat (AS) menunjukkan stok minyak mentah AS turun lebih dari perkiraan. Stok minyak AS kini terendah sejak September 2013.

Harga minyak pun beranjak ke atas US$ 100 per barel, tertinggi sejak 18 Oktober 2013. Persisnya, harga minyak WTI untuk pengiriman Februari 2014 di New York Mercantile Exchange berada di US$ 100,21 per barel. Harga tersebut telah naik 9,3% pada tahun 2013.

Laporan Administrasi Informasi Energi per 27 Desember 2013 menunjukkan, persediaan minyak mentah AS turun sebesar 4,73 juta barel pada pekan lalu di tengah peningkatan operasi kilang. Penurunan ini lebih besar dari penurunan rata-rata yang diprediksi survei analis Bloomberg sebesar 2,65 juta barel.


Harga minyak WTI meningkat 8,2% pada bulan Desember di tengah berkurangnya stok minyak mentah AS yang merupakan konsumen minyak terbesar di dunia. Badan Energi Internasional menyebutkan, kebutuhan minyak AS mencapai sekitar 21% dari permintaan global tahun ini.

Zulfirman Basir, Senior Research and Analyst PT Monex Investindo Futures menilai, kenaikan harga minyak dipengaruhi oleh musim dingin yang sedang berlangsung. Musim dingin ini akan mengerek permintaan minyak.

Berkurangnya stok minyak mentah di tengah tingginya permintaan memicu lonjakan harga. Menurut dia, kenaikan harga minyak masih akan berlangsung sepanjang Januari 2014. "Positifnya data-data ekonomi AS juga akan mendorong tingginya permintaan minyak dari AS yang merupakan konsumen minyak terbesar di dunia," kata Zulfirman. Meski berpotensi mendaki, penguatan harga minyak relatif terbatas.

Tonny Mariano, analis Harvest International Futures menduga, tren kenaikan harga minyak masih berlanjut. Sebab, kondisi ekonomi global mulai berangsur membaik. Perbaikan ekonomi global ini diyakini akan meningkatkan permintaan minyak, sehingga melambungkan harga. Harga komoditas juga kian positif karena membaiknya data-data ekonomi AS.

Secara teknikal, lanjut Zulfirman, masih terbuka ruang penguatan untuk minyak. Harga masih berada di antara moving average (MA) 100 dan 200. Moving average convergence divergence masih terlihat naik. Indikator relative strength index (RSI) juga bergerak naik. Stochastic sudah overbought. Kondisi ini berpotensi memicu profit taking.

Zulfirman memprediksi, harga minyak dapat menyentuh level US$ 104 per barel pada akhir Januari 2014. Tonny memperkirakan, harga minyak akan berada di kisaran US$ 99-US$ 102 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati