Harga minyak terangkat naik karena optimisme terhadap perekonomian



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah naik pada hari Selasa (19/1) karena optimisme langkah stimulus akan mendukung pertumbuhan ekonomi global. Di samping itu permintaan minyak mengalahkan kekhawatiran atas pembatasan pandemi Covid-19 secara global yang dapat mendinginkan konsumsi bahan bakar.

Melansir Reuters pukul 14.42 WIB, harga minyak mentah Brent untuk Maret naik 55 sen atau 1% menjadi US$ 55,30 per barel pada 0737 GMT, setelah tergelincir 35 sen di sesi sebelumnya.

Sedangkan, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) berada pada US$ 52,52 per barel, naik 16 sen atau 0,3%. Tidak ada penutupan perdagangan pada hari Senin karena pasar AS tutup untuk hari libur. Kontrak berjangka WTI Februari bulan depan berakhir pada hari Rabu.


Investor optimistis tentang permintaan di China, importir minyak mentah utama dunia, setelah data yang dirilis pada hari Senin menunjukkan produksi kilang naik 3% ke rekor baru pada tahun 2020.

China juga satu-satunya ekonomi utama di dunia yang menghindari kontraksi tahun lalu karena banyak negara berjuang untuk menahan pandemi Covid-19.

"Data kemarin dari China adalah positif untuk harga minyak," kata Michael McCarthy, kepala analis di CMC Markets di Sydney.

Baca Juga: Harga komoditas energi pekan ini masih atraktif, simak rekomendasi sahamnya

Investor mengawasi pidato pelantikan Presiden terpilih AS Joe Biden pada hari Rabu untuk perincian tentang paket bantuan US$ 1,9 triliun.

Harga minyak juga mendapatkan dukungan dari pengurangan pasokan tambahan Arab Saudi dalam dua bulan ke depan, diperkirakan akan menarik persediaan global sebesar 1,1 juta barel per hari pada kuartal pertama, kata analis ANZ.

Kekhawatiran tentang meningkatnya kasus Covid-19 secara global dan penguncian baru yang membebani permintaan bahan bakar terus membatasi harga minyak.

Analis ANZ menandai kekhawatiran tentang penurunan penjualan bahan bakar di India pada Januari dari Desember dan meningkatnya kasus Covid-19 di China dan Jepang yang dapat mengurangi permintaan minyak.

"Di Eropa dan AS, lambatnya peluncuran vaksin juga meningkatkan kekhawatiran bahwa kenaikan permintaan akan tetap sulit dipahami," kata bank tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto