Harga minyak terangkat tipis gara-gara rencana OPEC menekan pasokan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak terangkat tipis menjelang akhir pekan ini. Jumat (16/11) pukul 7.34 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember 2018 di New York Mercantile Exchange berada di US$ 56,49 per barel, naik tipis dari US$ 56,46 per barel pada harga penutupan kemarin.

Harga minyak acuan Amerika Serikat (AS) ini merambat naik setelah Selasa lalu menyentuh US$ 55,69 per barel, level terendah sejak Desember 2017. Harga minyak cenderung stabil di level saat ini.

Kemarin pun, harga minyak brent merambat naik ke US$ 66,62 per barel dari sebelumnya US$ 66,12 per barel. Harga minyak brent untuk pengiriman Januari 2019 ini mencapai level terendah US$ 65,47 per barel pada Selasa lalu. Ini adalah harga terendah sejak April 2018.


Data Energy Information Administration yang dirilis kemarin enunjukkan bahwa persediaan minyak mentah melonjak 10,3 juta barel pada pekan lalu. Ini adalah penambahan mingguan terbesar sejak Februari 2017. Analis dalam polling Reuters hanya memperkirakan kenaikan 3,2 juta barel minyak. Di sisi lain, olahan minyak, yakni bensin turun 1,4 juta barel sepekan lalu.

Phil Flynn, analis Price Futures Group mengatakan, meski tambahan stok minyak yang jauh lebih tinggi mengejutkan pasar, penurunan persediaan olahan minyak menyebabkan harga minyak mentah masih bisa bertahan.

Sementara itu, OPEC mempertimbangkan pemangkasan hingga 1,4 juta barel per hari tahun depan untuk menghindari lonjakan persediaan global yang menyebabkan harga minyak anjlok seperti tahun 2014 dan 2016.

"Harga minyak tidak memedulikan data EIA sejauh ini. Satu penjelasan yang mungkin adalah, rencana pemangkasan produksi OPEC," kata Carsten Fritsch, analis Commerzbank kepada Reuters.

Dua pejabat Rusia mengungkapkan, Rusia mungkin tidak akan ikut-ikut memangkas produksi seperti OPEC. Sementara Perusahaan minyak BUMN Libya NOC mengungkapkan perlunya OPEC dan non-OPEC untuk mempertahankan stabilitas harga.

Pekan ini, International Energy Agency dan OPEC memperingatkan potensi surplus setidaknya hingga semester pertama tahun depan atau lebih lama lagi. Hal ini terjadi seiring lonjakan pertumbuhan produksi non-OPEC dan perlambatan permintaan dari China dan India yang mulai terasa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati