Harga Minyak Tergelincir di Tengah Prospek Permintaan Tahun 2024 yang Solid



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak berjangka ditutup melemah tipis di akhir pekan setelah survei menunjukkan memburuknya sentimen konsumen Amerika Serikat (AS). Namun, harga minyak naik 4% untuk pekan ini karena investor mempertimbangkan perkiraan kuatnya permintaan minyak mentah dan bahan bakar pada tahun 2024.

Jumat (14/6), harga minyak mentah berjangka Brent untuk kontrak pengiriman Agustus 2024 ditutup turun 13 sen menjadi US$ 82,62 per barel.

Sementara , harga minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Juli 2024 ditutup melemah 17 sen ke US$ 78,54 per barel.


Dengan penutupan tersebut, Brent dan WTI naik hampir 4% selama seminggu, kenaikan persentase mingguan tertinggi sejak April.

Kedua minyak mentah acuan tersebut tergelincir setelah survei menunjukkan sentimen konsumen AS melemah pada bulan Juni ke level terendah dalam tujuh bulan.

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Menuju Pekan Terbaik Lebih dari 2 Bulan di Jumat (14/6)

“Data yang dihasilkan jauh lebih rendah dari perkiraan,” kata Bob Yawger, Director of Energy Futures di Mizuho. "Itu berarti rata-rata konsumen tidak yakin bahwa situasi ekonomi membaik."

Kerugian dibatasi oleh perkiraan permintaan yang kuat.

Energy Information Administration (EIA) sedikit menaikkan perkiraan pertumbuhan permintaan minyak untuk tahun 2024, dan OPEC tetap berpegang pada perkiraan pertumbuhan yang relatif kuat sebesar 2,2 juta barel per hari (bph).

Sementara itu International Energy Agency (IEA) memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan menjadi di bawah 1 juta barel per hari.

Namun, ketiga lembaga itu memperkirakan defisit pasokan setidaknya sampai awal musim dingin, analis Commerzbank menyoroti.

Juga pada minggu ini, Federal Reserve mempertahankan suku bunganya, dan investor yakin penurunan suku bunga tidak mungkin terjadi sebelum bulan Desember.

“Mengingat prospek ekonomi yang masih tidak menentu di kawasan ekonomi utama, kenaikan harga lebih lanjut diperkirakan tidak akan terjadi untuk saat ini,” kata analis Commerzbank Barbara Lambrecht.

Jumlah rig minyak aktif AS, yang merupakan indikator awal produksi di masa depan, turun empat menjadi 488 pada minggu ini ke level terendah sejak Januari 2022, kata perusahaan jasa energi Baker Hughes.

Di tempat lain, Rusia berjanji untuk memenuhi kewajiban produksinya berdasarkan pakta OPEC+ setelah mengatakan pihaknya melebihi kuota pada bulan Mei.

Baca Juga: Wall Street Bervariasi: Nasdaq Catat Rekor Penutupan Tertinggi ke-5 Berturut-Turut

Harga minyak merosot pekan lalu setelah OPEC dan sekutunya mengatakan mereka akan menghentikan pengurangan produksi secara bertahap mulai bulan Oktober.

“Tidak peduli berapa kali mereka berjanji untuk memperbaiki kepatuhan yang buruk di masa depan, pasar hanya melihat lebih banyak minyak dan kesepakatan yang mungkin saja gagal,” kata analis PVM John Evans.

Fokus pasar juga tertuju pada perundingan gencatan senjata di Gaza, yang dapat mengurangi kekhawatiran mengenai potensi gangguan terhadap pasokan minyak dari wilayah tersebut.

Manajer keuangan menaikkan posisi net long minyak mentah berjangka AS dan posisi opsi dalam pekan hingga 11 Juni, Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS (CFTC) mengatakan pada hari Jumat.

Editor: Anna Suci Perwitasari