Harga Minyak Tergelincir Usai Data Menunjukkan Pelemahan Ekonomi AS



KONTAN.CO.ID - TOKYO. Harga minyak turun pada awal perdagangan sesi Asia setelah data ketenagakerjaan dan aktivitas bisnis Amerika Serikat (AS) lebih lemah dari perkiraan. Ini jadi tanda-tanda perekonomian mungkin melemah di negara konsumen minyak terbesar di dunia tersebut.

Kamis (4/7) pukul 07.30 WIB, harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman September 2024 turun 30 sen atau 0,34% menjadi US$ 87,04 per barel. 

Sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Agustus 2024 turun 32 sen atau 0,38% ke US$ 83,56, dengan aktivitas yang berkurang pada hari Kemerdekaan AS di 4 Juli. 


Di AS, data pada hari Rabu menunjukkan permohonan tunjangan pengangguran AS yang pertama kali meningkat pada minggu lalu. Sementara, jumlah orang yang menganggur meningkat lebih jauh ke level tertinggi dalam 2,5 tahun menjelang akhir Juni.

Secara terpisah, laporan Ketenagakerjaan ADP menunjukkan gaji swasta meningkat sebesar 150.000 pekerjaan pada bulan Juni, di bawah konsensus yang memperkirakan peningkatan sebesar 160.000, dan setelah meningkat sebesar 157.000 pada bulan Mei.

Baca Juga: Harga Minyak Ditutup Naik 1% karena Penurunan Persediaan Minyak Mentah AS

Sebagai tanda lebih lanjut hilangnya momentum perekonomian, indeks Non-Manufaktur ISM, yang mengukur aktivitas sektor jasa AS, turun ke level terendah dalam empat tahun di 48,8 pada bulan Juni, jauh di bawah konsensus 52,5, di tengah penurunan tajam. dalam pesanan.

Namun, data ekonomi yang lebih lemah mungkin menambah argumen Federal Reserve untuk mulai menurunkan suku bunga, kata para analis, sebuah langkah yang akan mendukung pasar minyak karena penurunan suku bunga dapat meningkatkan permintaan.

“Arah data terbaru sesuai dengan bias pelonggaran The Fed,” kata analis ANZ Research dalam sebuah catatan. “Perlambatan dalam momentum pertumbuhan akan mendukung dorongan disinflasi dalam beberapa bulan mendatang, membuka jalan bagi The Fed untuk menurunkan suku bunganya.”

Editor: Anna Suci Perwitasari