Harga Minyak Terjun Bebas, Brent Merosot 7,3% dan WTI Ambles 9,2% Sepanjang Pekan Ini



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak mentah anjlok sekitar 6% ke level terendah dalam empat minggu pada perdagangan terakhir pekan ini. Alhasil, kedua harga minyak acuan tersebut mencatat penurunan mingguan pertama dalam lebih dari sebulan terakhir.

Jumat (17/6), harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak berjangka pengiriman Agustus 2022 ditutup anjlok US$ 6,69 atau 5,6% ke US$ 113,12 per barel.

Sejalan, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Juli 2022 ditutup ambles US$ 8,03 atau 6,8% ke US$ 109,56 per barel.


Level tersebut adalah penutupan terendah untuk Brent sejak 20 Mei dan terendah untuk WTI sejak 12 Mei silam. Itu juga merupakan persentase penurunan harian terbesar untuk minyak Brent sejak awal Mei dan terbesar untuk WTI sejak akhir Maret.

Dengan hasil ini, Brent berjangka turun untuk pertama kalinya dalam lima minggu, dan WTI turun untuk pertama kalinya dalam delapan minggu. Di mana, dalam sepekan, Brent merosot 7,3% dan WTI terjun 9,2%

Baca Juga: Harga Minyak Melemah Tipis, Sanksi Baaru Iran Membatasi Penurunan

Koreksi pada harga minyak mentah ini juga mendapat tekanan dari dolar Amerika Serikat (AS) yang minggu ini naik ke level tertinggi sejak Desember 2002 terhadap sekeranjang mata uang. Ini membuat minyak lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lainnya.

"Harga minyak mentah jatuh karena dolar menguat, Rusia mengisyaratkan ekspor minyak harus meningkat, dan karena kekhawatiran resesi global tumbuh," kata Edward Moya, Senior Market Analyst OANDA.

Para gubernur bank sentral global yang dengan cepat melonggarkan kebijakan moneter selama pandemi untuk menghindari resesi, kini mengetatkan kebijakan demi memerangi inflasi.

Sekedar mengingatkan, Federal Reserve di minggu ini menaikkan suku bunga AS sebesar 75 bps, paling banyak dalam lebih dari seperempat abad.

"Dengan bank sentral membuat langkah yang cukup substansial untuk membatasi pertumbuhan melalui kenaikan suku bunga dan pengetatan moneter muncul di sini di kompleks perminyakan," kata John Kilduff, Partner Again Capital LLC di New York, mencatat bahwa pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat akan memangkas permintaan terhadap energi.

Dengan The Fed diperkirakan akan terus menaikkan suku bunga, open interest WTI berjangka di New York Mercantile Exchange turun pada hari Kamis ke level terendah sejak Mei 2016 karena investor mengurangi aset berisiko.

Baca Juga: Wall Street Rebound, S&P 500 dan Nasdaq Ditutup Naik Tipis

Sementara itu, bensin AS dan diesel berjangka juga turun lebih dari 4% di tengah kekhawatiran harga pompa yang tinggi akan mengurangi permintaan.

Grup mobil AAA mengatakan, harga solar di SPBU mencapai rekor tertinggi US$ 5,798 per galon pada hari Jumat, sementara harga bensin mencapai rekor tertinggi US$ 5,016 di awal pekan ini.

Perusahaan energi AS di minggu ini menambahkan hanya empat rig minyak karena Presiden Joe Biden mengecam produsen karena mengambil untung dari harga setinggi langit alih-alih berbuat lebih banyak untuk meningkatkan produksi.

Bahkan ketika AS ingin Arab Saudi memproduksi lebih banyak minyak, Biden mengatakan dia tidak akan mengadakan pertemuan bilateral dengan pemimpin de facto Arab Saudi Mohammed bin Salman selama perjalanannya ke wilayah itu bulan depan, dan bahwa dia hanya melihat Putera Mahkota Arab Saudi sebagai bagian dari "pertemuan internasional" yang lebih luas.

Sementara itu, Rusia, mengharapkan ekspor minyak negara tersebut meningkat pada 2022 meskipun ada sanksi Barat dan embargo Eropa, kata wakil menteri energi Rusia pada hari Jumat, menurut kantor berita Tass.

Gejolak pasar tentu meningkat sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari.

Baca Juga: Duh, Investor Miliarder Ini Tak Terkejut jika Harga Bitcoin Jatuh ke US$ 10.000

Aliran gas Rusia ke Eropa tidak memenuhi permintaan pada hari Jumat karena gelombang panas awal di selatan mendorong permintaan untuk AC.

Badan eksekutif Uni Eropa merekomendasikan agar Ukraina dan Moldova menjadi calon anggota di blok perdagangan terbesar di dunia.

Sebuah kapal tanker minyak yang disewa oleh Eni SpA Italia akan segera meninggalkan Venezuela dengan kargo pertama dalam dua tahun ke Eropa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari