Harga minyak terjun hampir 10% karena varian Covid dan pelepasan cadangan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak terjun pada Jumat (26/11) malam. Pukul 22.40 WIB, harga minyak WTI kontrak Januari 2022 merosot 9,10% ke US$ 71,25 per barel dari US% 78,39 per barel pada Rabu (24/11).

Sejalan, harga minyak brent kontrak Januari 2022 melorot 8,15% ke US$ 75,52 per barel dari US$ 82,22 per barel pada Kamis (25/11).

Kedua kontrak harga minyak menuju penurunan mingguan kelima berturut-turut. Harga minyak menyentuh level terendah dalam duia bulan karena kekhawatiran varian baru Covid-19. Kekhawatiran ini menambah sentimen negatif surplus pasokan dapat membengkak pada kuartal pertama.


Baca Juga: IHSG merosot 2,36% sepekan ke 6.561 hingga Jumat (26/11)

Penurunan harga minyak ini beriringan dengan penurunan pasar saham secara global. Varian baru Covid-19 ditengarai bisa memangkas pertumbuhan ekonomi dan permintaan bahan bakar. Inggris dan negara-negara Eropa telah membatasi perjalanan dari Afrika Selatan, tempat varian baru Covid-19 terdeteksi.

Investor juga mengamati respons China terhadap pelepasan jutaan barel minyak AS dari cadangan strategis. Sumber OPEC menyebut, pengucuran minyak dari cadangan strategis berpotensi mengerek pasokan dalam beberapa bulan mendatang. 

Dewan Komisi Ekonomi memperkirakan surplus 400.000 barel per hari (bph) pada Desember, naik menjadi 2,3 juta barel per hari pada Januari dan 3,7 juta barel per hari pada Februari jika negara-negara konsumen melanjutkan rilis, kata sumber OPEC.

Baca Juga: Kurs rupiah Jisdor melemah 0,30% sepekan ke Rp 14.280 per dolar AS

Prakiraan tersebut mengaburkan prospek pertemuan OPEC 2 Desember dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+. Kelompok ini akan membahas apakah akan menyesuaikan rencananya untuk meningkatkan produksi sebesar 400.000 barel per hari pada Januari dan seterusnya.

"Penilaian awal OPEC tentang pelepasan (penimbunan) terkoordinasi dan kemunculan tiba-tiba varian baru virus corona menimbulkan kekhawatiran serius tentang pertumbuhan ekonomi dan keseimbangan minyak dalam beberapa bulan mendatang," kata analis PVM Tamas Varga seperti dikutip Reuters.

Produksi Iran juga menjadi fokus, dengan pembicaraan tidak langsung yang akan dilanjutkan pada Senin antara Iran dan AS. Pembicaraan ini berpotensi menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015 yang dapat mengarah pada pencabutan sanksi AS terhadap ekspor minyak Iran.

Baca Juga: Wall Street tumbang jelang akhir pekan akibat kekhawatiran varian baru Covid-19

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati