Harga minyak tertekan bayang-bayang perang dagang



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak turun di awal perdagangan Senin (5/8). Pukul 7.32 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman September 2019 di New York Mercantile Exchange berada di US$ 55,38 per barel. Harga ini turun 0,50% jika dibandingkan dengan harga Jumat lalu.

Sejalan, harga minyak brent untuk pengiriman Oktober 2019 di ICE Futures turun 0,90% ke US$ 61,33 per barel. Jumat lalu, harga minyak brent masih berada di US$ 61,89 per barel.

Baca Juga: Trump memainkan permainan yang berbahaya dengan ekonomi Amerika Serikat dan dunia


Bayang-bayang perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China yang makin panas menjadi salah satu pemberat harga minyak. Tensi perang dagang dianggap akan menurunkan permintaan minyak dunia meski negara-negara pengekspor minyak OPEC masih melanjutkan pengurangan produksi.

Di sisi lain, Reuters yang mengutip laporan Baker Hughes pada akhir pekan lalu menyebutkan bahwa jumlah rig yang beroperasi di ladang minyak AS turun dalam lima pekan berturut-turut. Sebagian besar produsen minyak independen memangkas belanja meski para pemain utama menambah pengeboran.

Baca Juga: Simak daftar sentimen yang akan diawasi pelaku pasar sepekan ini

Para pengebor minyak menghentikan enam rig hingga 2 Agustus lalu. Jumlah rig beroperasi mencapai 770 rig yang merupakan angka terendah sejak Februari 2018.

Menurut laporan Baker Hughes, pada akhir pekan yang sama tahun lalu, ada 859 rig aktif yang beroperasi di AS. Secara bulanan, rig aktif ini berkurang dalam delapan bulan berturut-turut.

Baca Juga: Market sepekan: Bursa global alami minggu terburuk di sepanjang 2019

Jumlah rig ini menjadi indikasi awal produksi minyak selanjutnya. Energy Information Administration (EIA) melaporkan, produksi minyak bulan Mai turun menjadi 12,11 juta barel per hari dari produksi April yang mencapai rekor 12,13 juta barel per hari. 

Tapi, EIA memperkirakan, produksi minyak AS akan naik menjadi 12,36 juta barel per hari ini tahun ini. Proyeksi ini jauh lebih tinggi ketimbang produksi minyak AS tahun lalu yang mencapai 10,96 juta barel per hari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati