Harga Minyak Tertekan Kekhawatiran Suku Bunga yang Lebih Tinggi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak melemah pada Selasa (10/1) di tengah ekspektasi bahwa kenaikan suku bunga lebih lanjut di Amerika Serikat (AS), pengguna minyak terbesar dunia, akan memperlambat pertumbuhan ekonomi dan membatasi permintaan bahan bakar.

Harga minyak Brent berjangka untuk pengiriman Maret turun 0,5% menjadi US$ 79,22 per barel pada pukul 12.22 WIB. Harga minyak mentah antara West Texas Intermediate AS turun 0,5%, menjadi US$ 74,27 per barel.

Kedua tolok ukur harga minyak naik 1% pada hari Senin, setelah China, importir minyak terbesar dunia dan konsumen terbesar kedua, membuka perbatasan sejak akhir pekan untuk pertama kalinya dalam tiga tahun.


Dua pejabat Federal Reserve AS minggu ini memperkirakan tingkat suku bunga Fed Funds Rate (FFR) yang kini berada di 4,25%-4,5% perlu naik ke kisaran 5%-5,25% untuk mengendalikan tingkat inflasi yang lebih tinggi.

Baca Juga: Ini Penyebab IHSG Terperosok ke Level 6.500

"(Ekspektasi) lebih hawkish daripada prediksi pasar saat ini (kisaran 4,75%-5%)," kata Yeap Jun Rong, Analis Pasar di IG dalam sebuah catatan yang dikutip Reuters. Dia menambahkan bahwa pidato mendatang dari Gubernur Fed Jerome Powell Selasa malam bisa mencerminkan nada hawkish.

The Fed mengatakan, data inflasi baru yang keluar akhir pekan ini akan membantu mereka memutuskan apakah mereka dapat memperlambat laju kenaikan suku bunga pada pertemuan yang akan datang. Bulan lalu, The Fed mengerek suku bunga 50 basis points (bps), lebih rendah ketimbang kenaikan sebelumnya yang sebesar 75 bps. Jika data inflasi melemah, The Fed bisa menaikkan suku bunga hanya 25 bps.

Baca Juga: Harga Minyak Tergelincir, Kekhawatiran Suku Bunga Kurangi Permintaan

China juga mengeluarkan kuota impor minyak mentah gelombang kedua 2023 yang naik 20% tahun ini. Tetapi para analis memperingatkan bahwa kebangkitan permintaan China mungkin memainkan peran terbatas untuk menaikkan harga minyak di bawah tekanan penurunan ekonomi global.

“Vitalitas sosial kota-kota besar China pulih dengan cepat, dan dimulainya kembali permintaan China patut dinantikan. Namun, mengingat pemulihan konsumsi masih pada tahap yang diharapkan, harga minyak kemungkinan besar akan tetap rendah," kata analis dari Haitong Futures.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati