Harga Minyak Tertekan, Kinerja Energi Mega Persada (ENRG) Diprediksi Tetap Tumbuh



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah lesunya harga minyak dan volatilitas harga gas alam yang tinggi, PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) diperkirakan mampu melanjutkan tren pertumbuhan kinerja di semester II 2024.

Head of Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas memaparkan ENRG membukukan penjualan sebesar US$ 202 juta di semester I 2024, tumbuh 5% secara tahunan (YoY). Lalu EBITDA tumbuh 10% YoY menjadi US$ 125,7 juta, kemudian laba bersih naik 26% YoY menjadi US$ 33,5 juta dengan margin laba bersih meningkat menjadi 16,6% dari 13,9% di semester I 2023.

"Peningkatan kinerja semester I didukung oleh peningkatan produksi minyak dari aset Siak dan Kampar di Riau, Sumatra yang menyumbang 2.300 barel minyak per hari," tulisnya dalam riset Jumat (6/9).


Peningkatan produksi dari Siak dan Kampar diperkirakan akan berlanjut. Sukarno memperkirakan bahwa secara penuh, potensi produksi keduanya bisa mencapai 2.000 hingga 2.500 BOEPD. Artinya, total potensi produksi migas berada di kisaran 48.332 - 48.832 atau potensi pertumbuhan di kisaran 14%-15% YoY.

Baca Juga: Harga Migas Naik, Kinerja Emiten Lebih Apik

Dus, kinerja pendapatan ENRG diprediksi akan tumbuh 5% YoY di 2024 dan 10% YoY di 2025. Sementara untuk laba bersih diperkirakan untuk periode tersebut tumbuh 10 YoY.

"Faktor peningkatan ini disebabkan oleh akuisisi beberapa aset yang sudah mulai beroperasi dan berproduksi," terangnya.

Analis Lotus Andalan Sekuritas Fath Aliansyah juga berpandangan bahwa ENRG mampu meningkatkan pendapatan sebesar single digit. Ia juga mencermati fundamental ENRG masih tetap baik untuk melakukan ekspansi organik dan anorganik.

"Untuk Siak dan potensi akuisisi aset lainnya akan menjadi hal menarik untuk diperhatikan karena nilainya bisa meningkat seiring perubahan kinerja dan outlook migas sendiri," kata Fath.

Hanya saja, untuk jangka pendek, dia memperkirakan ENRG akan diselimuti sentimen penurunan harga minyak WTI. Sebab, harga minyak diperkirakan akan mendekati level US$ 60 per barel pada akhir tahun 2024 dan pada 2025 diperkirakan harganya bisa berada di bawah US$ 60 per barel.

Baca Juga: Rekomendasi Saham Emiten Migas PIlihan yang Kinerjanya Meningkat di Semester I-2024

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus melanjutkan bahwa potensi pertumbuhan ENRG akan terbatas. Hal ini tak lepas dari OPEC+ yang memperkirakan bahwa permintaan minyak dunia akan sebesar 2,03 juta barel per hari (bpd) di tahun ini. Meskipun memang, perkiraan tersebut lebih rendah dibanding perkiraan sebelumnya yang sebesar 2,11 juta bpd.

Selain itu, hal negatif dari prospek minyak mentah dari potensi pelemahan permintaan di China. Ini mengingat pasar impor tampak menunjukkan permintaan dalam negeri yang lemah dan stimulus yang masih kurang berdampak signifikan.

"Selain itu OPEC+ juga terus meningkatkan produksinya, sehingga terjadi keadaan oversupply namun permintaan cenderung berkurang," paparnya.

Di sisi lain, produksi minyak dari aset Siak dan Kampar memberikan kontribusi sekitar 2.300 bpd menjadi sentimen positif untuk ENRG. Sebab, perseroan saat ini mengoperasikan 13 aset migas dengan cadangan sebesar 46,7 juta baps dan 1.051 miliar kaki kubik gas.

Namun Niko menekankan bahwa OPEC+ pada tahun 2025 memprediksi pertumbuhan permintaan minyak hanya sebesar 1,74 juta bpd. "Artinya pertumbuhan ini menurun daripada tahun sebelumnya, sehingga meskipun produksi meningkat tetapi jika permintaan tidak ada akan membuat serapan menjadi berkurang," sambungnya.

Baca Juga: Harga Minyak Fluktuatif, Prospek Emiten Migas Masih Ngegas

Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji berpandangan lebih positif. Menurutnya, kebijakan OPEC+ untuk meningkatkan kapasitas produksi bersifat sementara, terlebih fungsi OPEC+ untuk menjaga stabilitas harga minyak.

"Belum lagi the Fed yang akan melonggarkan kebijakan moneternya dengan memangkas suku bunga, sehingga akan berdampak pada pelemahan AS yang juga akan memicu harga komoditas," kata Nafan.

Pada akhir tahun nanti, Kiwoom Sekuritas Indonesia memproyeksikan pendapatan ENRG mencapai US$ 440 juta. Sementara laba bersih diperkirakan mencapai US$ 76 juta, dengan margin laba bersih sebesar 17,3%.

Sukarno mempertahankan rating buy ENRG dengan target harga Rp 290 per saham. Sementara Nafan menilai harga sahamnya di akhir tahun di Rp 220, ia pun merekomendasikan wait and see lantaran secara teknikal sedang berada dalam fase bearish consolidation.

Head of Investment Nawasena Abhipraya Investama Kiswoyo Adi Joe merekomendasikan hold dengan target harga Rp 216. Lalu analis BCA Sekuritas, Achmad Yaki merekomendasikan speculative buy dengan target harga Rp 226-Rp 230.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati