Harga Minyak Tertekan Lockdown Shanghai, Brent ke US$102,02 dan WTI ke US$97,96



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak merosot mendekati level terendah dua minggu pada hari Senin (25/4), memperpanjang penurunan minggu lalu. Kekhawatiran yang berkembang seputar penguncian Covid-19 yang berkepanjangan di Shanghai dan potensi kenaikan suku bunga AS akan merugikan pertumbuhan ekonomi global dan permintaan minyak.

Melansir Reuters, harga minyak mentah Brent turun US$4,63 atau 4,3% menjadi US$102,02 per barel pada 0913 GMT dan menyentuh US$101,94 pada awal sesi, terendah sejak 12 April. Sedangkan, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun US$4,11 atau 4% menjadi US$97,96.

Baca Juga: Harga Minyak Terkoreksi Senin (25/4) Pagi, Dibayangi Penyebaran Covid-19 di China


Di Shanghai, pihak berwenang telah mendirikan pagar di luar bangunan tempat tinggal, memicu kemarahan publik baru. Di Beijing banyak yang mulai menimbun makanan, takut akan penguncian serupa setelah munculnya beberapa kasus.

"Tampaknya China adalah gajah di dalam ruangan," kata Jeffrey Halley, analis di broker OANDA. "Pengetatan pembatasan Covid di Shanghai dan ketakutan Omicron telah menyebar di Beijing, menghancurkan sentimen hari ini."

Minyak juga melemah karena prospek suku bunga AS yang lebih tinggi, yang mendorong dolar AS. Dolar yang kuat membuat komoditas yang dihargakan dalam dolar lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya dan cenderung mencerminkan peningkatan penghindaran risiko di antara investor.

Kedua patokan harga minyak kehilangan hampir 5% minggu lalu karena kekhawatiran permintaan dan Brent telah mundur tajam setelah mencapai US$139, tertinggi sejak 2008, bulan lalu.

Minyak mendapat dukungan dari pasokan yang ketat. Invasi Rusia ke Ukraina telah mengurangi pasokan karena sanksi Barat dan pelanggan menghindari membeli minyak Rusia, tetapi pasar bisa semakin ketat dengan potensi larangan Uni Eropa terhadap minyak mentah Rusia.

Baca Juga: Jelang Pertemuan The Fed, Pasar Modal Indonesia Diproyeksi Tak Terpengaruh Besar

The Times melaporkan pada hari Senin bahwa blok itu sedang mempersiapkan "sanksi cerdas" terhadap impor minyak Rusia, mengutip wakil presiden eksekutif Komisi Eropa, Valdis Dombrovskis.

Pemadaman di Libya juga memberikan dukungan. Anggota OPEC kehilangan lebih dari 550.000 barel per hari dalam produksi karena kerusuhan, dengan kilang minyak Zawiya menderita kerusakan setelah bentrokan bersenjata.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto