Harga minyak tertekan meski stok AS diprediksi turun



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak turun lagi di hari kedua perdagangan pekan ini. Selasa (12/11) pukul 7.20 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember 2019 di New York Mercantile Exchange turun 0,40% ke US$ 56,63 per barel.

Sedangkan harga minyak brent untuk pengiriman Januari 2020 di ICE Futures turun 0,53% ke US$ 62,18 per barel pada pagi ini.

Harga minyak tertekan di tengah potensi negosiasi dagang Amerika Serikat (AS) yang diramal mandek. Ini terjadi setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa pembicaraan dagang AS-China berjalan lebih lambat daripada prediksi dia. Trump pun membantah pembatalan tarif impor yang sudah berlaku bagi China sebagai salah satu kesepakatan dagang kedua negara.


Baca Juga: Wall Street cenderung turun, saham Boeing menyokong Dow Jones

Pernyataan Trump akhir pekan lalu ini menjadi bayang-bayang gelap pasar keuangan global sejak kemarin. Penundaan kesepakatan dagang berpeluang kembali menekan permintaan minyak yang sudah diramal melambat.

"Perdagangan minyak akan cenderung mendatar pada saat ini dengan konflik perdagangan yang akan menentukan arah harga," ungkap Commerzbank dalam catatan yang dikutip Reuters.

Sementara itu, trader yang mengutip laporan Genscape mengungkapkan bahwa stok minyak mentah di Cushing, Oklahoma turun 1,2 juta barel pada pekan lalu. Jika benar, ini akan menjadi kenaikan stok untuk pertama kalinya setelah penurunan lima pekan berturut-turut.

Menurut data pemerintah, kenaikan stok minyak terakhir adalah pada 1 November lalu. Analis memperkirakan, kenaikan stok minyak ini akan berakhir setelah perbaikan jaringan pipa Keystone yang mengalirkan 590.000 minyak per hari.

TC Energy Corp mengatakan bahwa jaringan pipa ini telah beroperasi kembali secara bertahap.

Baca Juga: CPO Malaysia: Stok Berkurang, China Menggoyang India premium

Dari pasokan global, Arab Saudi menaikkan produksi minyak menjadi 10,3 juta barel per hari. Kenaikan ini terutama untuk menutup penggunaan cadangan akibat serangan drone ke fasilitas Saudi Aramco pertengahan September lalu. "Aramco menambah kembali persediaan yang sebelumnya ditarik pada bulan September untuk memenuhi pasokan kepada pelanggan," ungkap sumber Reuters.

Saudi melaporkan bahwa produksi minyak bulan September hanya mencapai 660.000 barel per hari dari produksi Agustus yang sebesar 9,13 juta barel per hari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati