KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak ditutup lebih rendah pada hari Jumat (23/6) dan membukukan penurunan mingguan. Pasar minyak mengkhawatirkan kenaikan suku bunga dapat melemahkan permintaan. Kekhawatiran lebih memberatkan harga meskipun ada tanda-tanda pasokan yang lebih ketat termasuk stok minyak mentah AS yang lebih rendah. Dalam penurunan hari kedua berturut-turut, minyak mentah Brent ditutup turun 29 sen atau 0,4% menjadi US$ 73,85 per barel. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 35 sen atau 0,5% menjadi US$ 69,16. Pada hari Kamis, harga minyak Brent turun sekitar US$ 3 per barel setelah Bank of England menaikkan suku bunga setengah poin persentase yang lebih besar dari perkiraan. Bank sentral di Norwegia dan Swiss juga menaikkan suku bunga.
Hanya minyak acuan turun lebih dari 3,5% untuk minggu ini. Harga minyak masih berpotensi tertekan dengan prospek kenaikan suku bunga Federal Reserve. Presiden Bank Federal Reserve San Francisco Mary Daly mengatakan, dua kenaikan suku bunga lagi tahun ini adalah proyeksi yang sangat masuk akal.
Baca Juga: Harga Minyak Turun Hampir 4% Sepekan Hingga Jumat (23/6) Pagi "Tampaknya berkembang semacam perdagangan yang mulai menghindari risiko sekarang dalam minyak mentah, dipicu oleh kenaikan suku bunga di Uni Eropa dan angka stimulus yang mengecewakan dari China," kata Dennis Kissler, wakil presiden senior perdagangan di BOK Financial kepada
Reuters. Kenaikan suku bunga Bank of England memicu likuidasi dana dan produsen energi bergerak ke mentalitas lindung nilai, tambah Kissler. Suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan biaya pinjaman untuk bisnis dan konsumen. Biaya tinggi dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi permintaan minyak. Penghindaran risiko di kalangan investor juga mengangkat nilai dolar AS. Penguatan nilai tukar dolar AS menekan harga minyak dengan membuat komoditas lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Baca Juga: Medco Energi (MEDC) Tergelincir Penurunan Harga Minyak Aktivitas bisnis AS bulan Juni juga turun ke level terendah tiga bulan terakhir. Menurut survei, pertumbuhan jasa mereda untuk pertama kalinya tahun ini dan kontraksi di sektor manufaktur semakin dalam. Indeks utama Wall Street turun, sementara harga emas berada di jalur penurunan mingguan terbesar sejak awal Februari. Pemulihan ekonomi China yang menjanjikan tersendat dengan beberapa bulan berturut-turut data konsumsi, produksi dan pasar properti yang lebih lemah dari perkiraan. Kekhawatiran resesi dan permintaan melebihi tanda-tanda pengetatan sisi penawaran.
Perusahaan energi AS minggu ini memangkas jumlah rig minyak yang beroperasi selama delapan minggu berturut-turut, menurut data perusahaan jasa energi Baker Hughes Co. Jumlah rig minyak AS, indikator produksi di masa depan, turun 6 menjadi 546 minggu ini, terendah sejak April 2022. Laporan inventaris AS minggu ini menunjukkan stok minyak mentah membukukan penurunan mengejutkan sebesar 3,8 juta barel. Turut memperketat pasar energi adalah pemotongan produksi Arab Saudi sebesar 1 juta barel per hari pada bulan Juli. Pernyataan Saudi diumumkan bersamaan dengan kesepakatan OPEC+ untuk membatasi pasokan hingga 2024. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati