Harga minyak jatuh pada Rabu (9/11) seiring penghitungan suara sementara yang menunjukkan Donald Trump secara tak terduga mengungguli Hillary Clinton dalam pemilihan umum presiden AS yang berlangsung 8 November 2016. Perolehan suara yang terbilang ketat, dan keunggulan Trump memicu kekacauan di pasar, mirip seperti yang terjadi pada kejadian Brexit Juni lalu. Harga minyak mentah di pasar berjangka bergejolak begitu penghitungan suara menunjukkan keunggulan Trump yang kian memperlebar jalannya ke Gedung Putih. Harga minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) terpuruk ke level US$ 43,07 per barel, turun lebih dari 4% dibanding harga penutupan kemarin. Dus ini lah harga terendah minyak mentah WTI sejak September 2016. Sementara harga minyak mentah berjangka internasional Brent turun 2,43% menjadi US$ 44,92 per barel. "Ini adalah deja vu saat Brexit, sangat mengkhawatirkan," kata Bob Takai, Presiden Sumitomo Corp Global Research di Tokyo. Dia mengacu pada peristiwa Brexit di mana mayoritas warga Inggris ternyata memilih meninggalkan Uni Eropa dalam referendum Juni lalu, yang menyebabkan gejolak pasar. Ambruknya harga minyak seiring dengan melonjaknya harga harga emas, yang merupakan safe haven tradisional, bagi investor di saat risiko ekonomi melonjak. Sementara nilai tukar dollar AS turun tajam terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya. "Investor pindah ke mode 'risk off'... Trump menang akan memiliki konsekuensi negatif pada harga minyak," kata Jameel Ahmad, Wakil Presiden Riset FXTM. "Ada kemungkinan perkiraan pertumbuhan ekonomi akan diturunkan setidaknya dalam jangka pendek karena ketidakpastian yang melanda investor," imbuhnya. Trump memenangkan suara di negara bagian yang menjadi medan pertempuran kunci seperti Ohio, Florida, North Carolina, dan kemungkinan Georgia. Dia juga mengungguli perolehan suara Clinton di serangkaian negara-negara lain yang penghitungan suaranya mendekati akhir. "Di pasar keuangan, kemenangan Trump dipandang sebagai 'kejutan', mendorong investor mencari aset safe haven dan ini telah mendorong harga minyak turun," kata Son Jae-hyun, Analis Mirae Asset Daewoo yang berpusat di Seoul. Dalam jangka panjang, imbuh Son Jae-hyun, kebijakan sektor minyak pro Trump dan pandangan anti-Iran bisa mengakibatkan harga minyak bumi naik lebih tinggi. Di tempat lain, sebuah laporan oleh American Petroleum Institute (API) menunjukkan angka persediaan minyak mentah naik 4,4 juta barel. Hal ini juga membebani pasar. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Harga minyak tumbang setelah Trump ungguli Clinton
Harga minyak jatuh pada Rabu (9/11) seiring penghitungan suara sementara yang menunjukkan Donald Trump secara tak terduga mengungguli Hillary Clinton dalam pemilihan umum presiden AS yang berlangsung 8 November 2016. Perolehan suara yang terbilang ketat, dan keunggulan Trump memicu kekacauan di pasar, mirip seperti yang terjadi pada kejadian Brexit Juni lalu. Harga minyak mentah di pasar berjangka bergejolak begitu penghitungan suara menunjukkan keunggulan Trump yang kian memperlebar jalannya ke Gedung Putih. Harga minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) terpuruk ke level US$ 43,07 per barel, turun lebih dari 4% dibanding harga penutupan kemarin. Dus ini lah harga terendah minyak mentah WTI sejak September 2016. Sementara harga minyak mentah berjangka internasional Brent turun 2,43% menjadi US$ 44,92 per barel. "Ini adalah deja vu saat Brexit, sangat mengkhawatirkan," kata Bob Takai, Presiden Sumitomo Corp Global Research di Tokyo. Dia mengacu pada peristiwa Brexit di mana mayoritas warga Inggris ternyata memilih meninggalkan Uni Eropa dalam referendum Juni lalu, yang menyebabkan gejolak pasar. Ambruknya harga minyak seiring dengan melonjaknya harga harga emas, yang merupakan safe haven tradisional, bagi investor di saat risiko ekonomi melonjak. Sementara nilai tukar dollar AS turun tajam terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya. "Investor pindah ke mode 'risk off'... Trump menang akan memiliki konsekuensi negatif pada harga minyak," kata Jameel Ahmad, Wakil Presiden Riset FXTM. "Ada kemungkinan perkiraan pertumbuhan ekonomi akan diturunkan setidaknya dalam jangka pendek karena ketidakpastian yang melanda investor," imbuhnya. Trump memenangkan suara di negara bagian yang menjadi medan pertempuran kunci seperti Ohio, Florida, North Carolina, dan kemungkinan Georgia. Dia juga mengungguli perolehan suara Clinton di serangkaian negara-negara lain yang penghitungan suaranya mendekati akhir. "Di pasar keuangan, kemenangan Trump dipandang sebagai 'kejutan', mendorong investor mencari aset safe haven dan ini telah mendorong harga minyak turun," kata Son Jae-hyun, Analis Mirae Asset Daewoo yang berpusat di Seoul. Dalam jangka panjang, imbuh Son Jae-hyun, kebijakan sektor minyak pro Trump dan pandangan anti-Iran bisa mengakibatkan harga minyak bumi naik lebih tinggi. Di tempat lain, sebuah laporan oleh American Petroleum Institute (API) menunjukkan angka persediaan minyak mentah naik 4,4 juta barel. Hal ini juga membebani pasar. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News