Harga minyak turun 66% sejak awal tahun, permintaan diramal makin turun



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak kembali turun meski masih mampu bertahan di atas US$ 20 per barel. Rabu (1/4) pukul 7.10 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei 2020 di New York Mercantile Exchange berada di US$ 20,26 per barel, melemah 1,07% dari harga penutupan perdagangan kemarin.

Harga minyak ini merosot 66,22% sepanjang kuartal pertama. Penurunan kuartalan ini terbesar sejak adanya kontrak minyak WTI tahun 1983.

Harga minyak WTI masih berada di sekitar level terbawah sejak awal pekan. Posisi terendah harga minyak adalah US$ 20,09 per barel pada Senin (30/3).


Sedangkan harga minyak brent untuk pengiriman Juni 2020 di ICE Futures mencapai level terendah US$ 26,35 per barel pada Selasa (31/3). Harga minyak brent ini turun tipis 0,26% dari hari sebelumnya. Harga minyak acuan internasional ini merosot 58,88% sepanjang kuartal pertama.

Baca Juga: IHSG turun 27,95% di kuartal pertama, net sell asing capai Rp 10,31 triliun

Permintaan bahan bakar merosot akibat pembatasan perjalanan akibat pandemik virus corona. Ekonom dan perusahaan minyak besar memperkirakan permintaan akan turun 20%-30% pada bulan April. Bahkan, konsumsi bahan bakar akan rendah dalam beberapa bulan ke depan.

Data American Petroleum Institute menunjukkan bahwa stok minyak mentah AS naik 10,5 juta barel pada pekan lalu. Angka ini jauh lebih tinggi daripada prediksi kenaikan 4 juta barel.

Baca Juga: Wall Street turun, Dow Jones mencetak kuartal terburuk sejak 1987

Harga minyak terpicu sedikit aksi beli setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin sepakat untuk membicarakan stabilisasi pasar energi. Tapi hingga kini belum jelas apakah upaya ini membuahkan hasil. Sementara negara-negara anggota OPEC tidak sepakat untuk bertemu di bulan April.

"Laju kemerosotan permintaan memaksa penyulingan minyak untuk memangkas produksi sehingga minyak mentah tidak terdistribusi,"  kata Michael Tran, managing director of energy strategy RBC Capital Markets kepada Reuters.

Kepala ekonom Trafigura memperkirakan penurunan permintaan minyak hingga 30%. Penerbangan global pada umumnya terhenti. Sedangkan jumlah pengendara kendaraan bermotor pun turun drastis. "Hanya masalah waktu sebelum para produsen minyak terpaksa memangkas karena tidak ada pembeli atau tangki penyimpanan,"  kata Scott Shelton, energy specialist United ICAP.

Baca Juga: Jokowi gratiskan listrik 3 bulan untuk ringankan beban masyarakat miskin

Dalam laporan bulanan, Energy Information Administration mengungkapkan bahwa produksi minyak AS mencapai 12,7 juta barel per hari pada bulan Januari, turun tipis dari 12,8 miliar barel per hari pada Desember 2019.

Goldman Sachs memperkirakan bahwa pasokan minyak AS akan turun sekitar 1,4 juta barel per hari pada kuartal ketiga 2021 karena penurunan permintaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati