Harga Minyak Turun 7 Pekan Beruntun, Anjlok Belasan Persen Sejak Tengah Oktober



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak WTI naik kembali ke atas level US$ 70 pada pekan ini, tetapi berada di jalur penurunan mingguan dan berada di dekat posisi terendah dalam enam bulan. Para investor mengkhawatirkan lemahnya permintaan energi di Asia ditambah dengan tingginya produksi minyak mentah Amerika Serikat (AS).

Jumat (8/12), harga minyak WTI kontrak Januari 2024 di New York Mercantile Exchange melesat 2,72% ke posisi US$ 71,23 per barel dari hari sebelumnya di US$ 69,34 per barel. Dalam sepekan, harga minyak acuan AS ini turun 3,83% yang merupakan penurunan tujuh pekan beruntun.

Harga minyak mentah Brent kontrak Februari 2024 di ICE Futures menguat 2,42% ke US$ 75,84 per barel dari hari sebelumnya di US$ 74,05 per barel. Dalam sepekan, harga minyak acuan internasional ini turun 3,85% yang juga penurunan tujuh pekan berturut-turut.


Dalam tujuh pekan, harga minyak Brent turun 15,52%. Sedangkan harga minyak WTI anjlok 17,96% di periode yang sama sejak 20 Oktober 2023.

Baca Juga: Pasar Utama di Teluk Terpuruk Akibat Melemahnya Harga Minyak

Kedua benchmark tersebut merosot ke level terendah sejak akhir Juni di hari Kamis. Sebagai sinyal bahwa para pedagang percaya bahwa pasar mungkin mengalami kelebihan pasokan, Brent dan WTI juga berada dalam kondisi contango, yaitu struktur pasar di mana harga bulan depan diperdagangkan dengan potongan harga setengah tahun kemudian.

Kekhawatiran terhadap perekonomian China telah memicu penurunan pasar minyak pada minggu ini. Data bea cukai China menunjukkan bahwa impor minyak mentah pada bulan November turun 9% dari tahun sebelumnya karena tingkat persediaan yang tinggi, indikator ekonomi yang lemah, dan melambatnya pesanan dari penyulingan independen melemahkan permintaan.

Di India, konsumsi bahan bakar pada bulan November turun setelah mencapai puncaknya dalam empat bulan pada Oktober. Penurunan konsumsi minyak terpukul oleh berkurangnya perjalanan di negara konsumen minyak terbesar ketiga di dunia tersebut karena tidak adanya dorongan perayaan.

Baca Juga: Harga Gas Alam Tertekan Kelebihan Pasokan

Rencana pengurangan pasokan baru-baru ini dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+ tak mampu membendung penurunan harga minyak. OPEC+ menyetujui pengurangan produksi sukarela sebesar 2,2 juta barel per hari (bph) untuk kuartal pertama tahun depan.

Arab Saudi dan Rusia, dua eksportir minyak terbesar, pada hari Kamis menyerukan semua anggota OPEC+ untuk bergabung dalam perjanjian pengurangan produksi demi kebaikan perekonomian global.

Di AS, produksi tetap mendekati rekor tertinggi lebih dari 13 juta barel per hari, menurut data Administrasi Informasi Energi AS yang dirilis pada hari Rabu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati