KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak tergelincir pada hari Selasa (3/5) siang, akibat penguncian Covid-19 China yang dapat membebani permintaan bahan bakar. Prospek pasokan turut terpukul oleh kemungkinan embargo minyak Eropa terhadap Rusia. Selasa (3/5) pukul 15.00 WIB, harga minyak Brent kontrak Juli 2022 di ICE Futures turun 0,69%, menjadi US$ 106,84 per barel, menghapus kenaikan pada hari sebelumnya dalam perdagangan yang menipis oleh liburan di China, Jepang, dan sebagian Asia Tenggara. Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat (AS) kontrak Juni 2022 di Nymex juga turun 0,65%, menjadi US$ 104,49 per barel, setelah mencapai tertinggi
intraday di US$ 105,80 per barel.
Baca Juga: Harga Minyak Naik Lagi di Tengah Potensi Larangan Impor dari Rusia oleh Uni Eropa Kedua kontrak acuan naik lebih dari 40 sen pada hari Senin (2/5) dan memperpanjang kenaikan tersebut secara moderat di awal perdagangan hari ini. "Penggerak positifnya adalah embargo UE dan apakah itu akan diumumkan," kata analis komoditas Commonwealth Bank Vivek Dhar kepada
Reuters. "Pendorong negatif Anda adalah penguncian Covid Cina. Keduanya adalah tema yang sangat penting," ujar Dhar. Beijing melaporkan lusinan kasus baru setiap hari dalam wabah yang telah memasuki minggu kedua. Ibu kota China ini menguji penduduk secara massal untuk mencegah penguncian yang serupa dengan yang dilakukan Shanghai selama sebulan terakhir. Restoran di ibu kota importir minyak utama dunia ditutup untuk makan di tempat. Sementara banyak tempat lain ditutup dan jalan-jalan sepi pada hari Selasa selama liburan Hari Buruh selama lima hari.
Baca Juga: Risiko Masih Membayangi Prospek Pertumbuhan Ekonomi Indonesia versi S&P Komisi Eropa diperkirakan akan menyelesaikan pekerjaan pada hari Selasa pada paket keenam sanksi Uni Eropa terhadap Rusia atas tindakannya di Ukraina, yang akan mencakup larangan membeli minyak Rusia. Embargo ini dapat menyelamatkan Hongaria dan Slovakia yang sangat bergantung pada minyak mentah Rusia. Pasokan produk bahan bakar yang ketat menambah permintaan minyak mentah, yang membantu menaikkan Brent dan WTI lebih dari 40 sen pada hari Senin setelah sesi yang bergejolak. Analis ANZ Research dalam sebuah catatan menyebut, rekor ekspor dari Teluk AS memakan pasokan ke pasar domestik AS. ANZ mengatakan bahwa menurut layanan pelacakan kargo Vortexa Analytics setidaknya 2 juta barel per hari bensin, solar, dan bahan bakar jet mengalir keluar dari kilang di Teluk AS pada bulan April.
Baca Juga: Italia Mengucurkan Paket Stimulus US$ 14 Miliar Saat Prospek Ekonomi Suram Pedagang akan mengamati dengan cermat data inventaris AS. Kelompok industri American Petroleum Institute akan melaporkan stok untuk pekan yang berakhir 29 April pada hari Selasa, diikuti oleh data pemerintah dari Administrasi Informasi Energi pada hari Rabu. Lima analis yang disurvei oleh
Reuters rata-rata memperkirakan persediaan minyak mentah AS turun 1,2 juta barel dalam pekan hingga 29 April. Mereka juga memperkirakan persediaan sulingan, yang meliputi solar dan minyak pemanas, turun 1,2 juta barel, sementara stok bensin turun 300.000 barel. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati