Harga Minyak Turun dari Kisaran Tertinggi Tujuh Pekan Terakhir



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak turun tipis di awal pekan ini. Harga minyak turun setelah mencapai puncak kenaikan dalam tujuh pekan. 

Senin (14/8) pukul 7.30 WIB, harga minyak WTI kontrak September 2023 di New York Mercantile Exchange melemah 0,26% ke US$ 82,97 per barel. Sedangkan harga minyak Brent kontrak Oktober 2023 di ICE Futures melemah 0,32% ke US$ 86,53 per barel.

Harga minyak tergelincir karena indeks dolar memperpanjang kenaikan pada hari Senin. Penguatan dolar Amerika Serikat (AS) ditopang oleh kenaikan harga produsen AS yang sedikit lebih besar pada bulan Juli. Sehingga imbal hasil US Treasury meningkat meskipun ekspektasi bahwa Federal Reserve berada di akhir kenaikan suku bunga.


"Harga minyak mungkin terikat kisaran minggu ini karena pemulihan ekonomi China yang lamban dan dolar AS yang lebih kuat dapat menekan harga, tetapi OPEC+ akan melakukan apa pun untuk menjaga pasokan tetap ketat dan menstabilkan pasar," kata analis CMC Markets Tina Teng kepada Reuters.

Baca Juga: Volume Subsidi dan Kompensasi Energi Tahun Ini Berpotensi Jebol

Harga minyak telah mencatat reli terpanjang sejak pertengahan 2022. Harga komoditas energi ini menguat tujuh pekan akibat tanda-tanda pengetatan pasar.

Permintaan minyak mentah melejit ke rekor 103 juta barel per hari di tengah lonjakan konsumsi minyak China dan berbagai negara lain. Laporan International Energy Agency (IEA) atau Badan Energi Internasional akhir pekan lalu menyebut bahwa peningkatan permintaan ini berpotensi mengangkat harga minyak lebih lanjut.

Sinyal dari pasar fisik turut menggarisbawahi prospek tersebut. Pembelian minyak Rusia oleh India menunjukkan kenaikan meski harga juga naik. Sementara ekspor minyak dari Arab Saudi ke China juga berpotensi menguat setelah perusahaan-perusahaan penyulingan besar memulai kembali operasional.

Harga minyak terus naik dari level terendah Juni lalu setelah Arab Saudi dan Rusia mengatakan akan memangkas produksi. OPEC+ memperkirakan pemangkasan ini akan menyebabkan defisit lebih dari 2 juta barel per hari pada kuartal ketiga 2023. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati