Harga Minyak Turun di Awal Pekan Karena Sepi Faktor Bullish



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak turun di awal perdagangan pekan ini. Harga minyak memperpanjang penurunan pekan lalu antara 2%-3% di tengah kekhawatiran pasar bahwa inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan dapat menunda penurunan suku bunga Amerika Serikat (AS).

Senin (26/2) pukul 10.33 WIB, harga minyak WTI kontrak April 2024 di New York Mercantile Exchange turun 0,57% ke US% 76,09 per barel. Sedangkan harga minyak Brent kontrak April 2024 di ICE Futures turun 0,48% ke US$ 81,23 per barel.

“Harga minyak mentah turun karena kurangnya pendorong baru,” tulis analis ANZ dalam sebuah catatan yang dikutip Reuters. “Minyak terjebak di antara faktor-faktor bullish seperti penurunan produksi OPEC dan peningkatan risiko geopolitik serta kekhawatiran bearish terhadap lemahnya permintaan di Tiongkok,” imbuh dia


Meskipun kelompok Houthi yang bersekutu dengan Iran terus melakukan serangan terhadap kapal-kapal di Laut Merah, perang Israel-Hamas tidak secara signifikan membatasi pasokan minyak.

Baca Juga: Siap-Siap, Semua Beban Hidup Bakal Menumpuk Mulai Maret Menjelang Ramadan

Penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan kemarin mengatakan kepada CNN bahwa perunding dari AS, Mesir, Qatar, dan Israel telah menyetujui bentuk dasar kesepakatan penyanderaan selama pembicaraan di Paris tetapi masih dalam tahap negosiasi. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan belum jelas apakah kesepakatan akan terwujud.

Penurunan harga minyak pagi ini melanjutkan kerugian minggu lalu. Harga minyak Brent turun sekitar 2% pada pekan lalu dan WTI turun lebih dari 3% di tengah indikasi bahwa penurunan suku bunga AS bisa tertunda dua bulan karena kenaikan inflasi.

Analis ANZ memperkirakan, stok minyak akan mulai berkurang dalam beberapa minggu mendatang karena kilang kembali dari pemeliharaan. Permintaan minyak mentah dari perusahaan pengolah dapat memberikan dukungan terhadap harga.

Badan Informasi Energi AS pekan lalu mengatakan bahwa persediaan minyak mentah telah meningkat sebesar 3,5 juta barel menjadi 442,9 juta barel dalam pekan yang berakhir 16 Februari. Angka tersebut dibandingkan dengan ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters yang memperkirakan kenaikan sebesar 3,9 juta barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati