Harga Minyak Turun di Selasa (13/8) Pagi Setelah Mencatat Kenaikan Harian Tertinggi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak yang melonjak lebih dari 3% di awal pekan mulai terkoreksi tipis pada pagi ini. Koreksi harga minyak terjadi setelah menguat dalam lima hari perdagangan berturut-turut karena ekspektasi meluasnya konflik Timur Tengah yang dapat memperketat pasokan minyak mentah global.

Selasa (13/8) pukul 7.14 WIB, harga minyak WTI kontrak September 2024 di New York Mercantile Exchange turun 0,55% ke US$ 79,62 per barel. 

Kemarin, harga minyak acuan Amerika Serikat (AS) ini melonjak 4,19% ke US$ 80,06 per barel yang merupakan level tertinggi sejak 19 Juli 2024 atau dalam lebih dari tiga pekan terakhir.


Sedangkan harga minyak Brent kontrak Oktober 2024 di ICE Futures turun 0,61% ke US$ 81,80 per barel. Harga minyak acuan internasional ini kemarin melesat 3,31% ke US$ 82,30 per barel yang merupakan harga tertinggi sejak 19 Juli 2024. Ini adalah persentase kenaikan harian terbesar Brent tahun 2024.

Departemen Pertahanan AS pada akhir pekan mengatakan bahwa mereka akan mengirim kapal selam rudal berpemandu ke Timur Tengah karena kawasan itu bersiap menghadapi kemungkinan serangan terhadap Israel oleh Iran dan sekutunya.

"Ini memberi kesan bahwa jika memanas, perang juga bisa menjadi buruk," kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho di New York kepada Reuters.

Baca Juga: Ekspansi Produksi Shell di Proyek Australia

Iran dan Hizbullah telah bersumpah untuk membalas pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh dan komandan militer Hizbullah Fuad Shukr. Serangan dapat memperluas konflik Timur Tengah, sekaligus memperketat akses ke pasokan minyak mentah global dan meningkatkan harga.

Serangan semacam itu dapat menyebabkan AS memberlakukan embargo pada ekspor minyak mentah Iran, yang berpotensi memengaruhi pasokan 1,5 juta barel per hari, kata Yawger.

Sementara itu, pasukan Israel melanjutkan operasi di dekat kota Khan Younis di Gaza selatan pada hari Senin setelah serangan udara selama akhir pekan di kompleks sekolah yang menewaskan sedikitnya 90 orang, menurut Layanan Darurat Sipil Gaza. Israel mengatakan jumlah korban tewas itu dibesar-besarkan. Hamas meragukan partisipasinya dalam pembicaraan gencatan senjata baru pada hari Minggu.

"Pasar semakin khawatir tentang konflik di seluruh kawasan di sana," kata John Kilduff, mitra di Again Capital di New York. Perang yang meluas dapat menyebabkan Israel menargetkan minyak Iran dan menghambat produksi minyak mentah dari produsen penting lainnya di kawasan itu, termasuk Irak, kata Kilduff.

Pada hari Senin, Rusia mengevakuasi warga sipil dari beberapa bagian wilayah kedua di sebelah Ukraina setelah Kyiv meningkatkan aktivitas militer di dekat perbatasan hanya beberapa hari setelah serangan terbesarnya ke wilayah kedaulatan Rusia sejak dimulainya perang pada tahun 2022.

Baca Juga: AS Kirim Kapal Selam dan Kapal Induk ke Timur Tengah, Ada Peristiwa Apa?

Harga minyak Brent naik 3,7% minggu lalu sementara WTI naik 4,5%, didorong oleh data pekerjaan AS yang lebih kuat dari perkiraan. Perbaikan data pekerjaan memicu harapan untuk penurunan suku bunga di konsumen minyak mentah terbesar di dunia.

"Dukungan datang dari data AS yang lebih baik dari perkiraan minggu lalu, yang meredakan kekhawatiran akan resesi AS," kata analis pasar IG Tony Sycamore.

Tiga bankir sentral AS pekan lalu mengatakan bahwa inflasi tampaknya cukup mereda bagi Federal Reserve untuk memangkas suku bunga paling cepat bulan depan. Pemotongan suku bunga cenderung meningkatkan aktivitas ekonomi, yang meningkatkan penggunaan sumber energi seperti minyak.

Investor menantikan data indeks harga konsumen AS untuk bulan Juli pada hari Rabu, yang diperkirakan akan menunjukkan inflasi bulan ke bulan naik hingga 0,2% setelah minus-0,1% pada bulan Juni.

Harga minyak mendapat dukungan ketika harga konsumen di Tiongkok, importir minyak global terbesar, naik lebih cepat dari yang diharapkan pada bulan Juli.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati