Harga Minyak Turun Hampir 3% Hari Ini di Tengah Penguatan Kurs Dolar AS



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak turun hampir 3% pada hari Jumat (17/2) dan berada di jalur penurunan mingguan. Harga minyak tertekan oleh kekhawatiran kenaikan suku bunga Federal Reserve Amerika Serikat (AS) yang dapat membebani permintaan dan tanda-tanda pasokan yang cukup.

Jumat (17/2) pukul 19.00 WIB, harga minyak WTI kontrak Maret 2023 di New York Mercantile Exchange turun 2,97% ke US$ 76,16 per barel. Dalam sepekan, harga minyak acuan AS ini merosot 4,47%.

Sedangkan harga minyak Brent kontrak April 2023 di ICE Futures turun 2,98% ke US$ 82,60 per barel. Harga minyak acuan internasional ini turun 4,39%.


Baca Juga: Harga Minyak Mentah pada Jalur Penurunan Mingguan 2,5%, Jumat (17/2)

Dua pejabat Fed pada hari Kamis memperingatkan kenaikan suku bunga lebih lanjut sangat penting untuk menurunkan inflasi ke tingkat yang diinginkan. Ekspektasi kenaikan suku bunga yang tinggi mengangkat nilai tukar dolar AS. Penguatan dolar membuat minyak lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

"Kegelisahan kenaikan suku bunga telah kembali dengan sepenuh hati," kata Stephen Brennock dari broker minyak PVM kepada Reuters. Dia menambahkan bahwa berbagai tanda pasokan yang cukup juga membebani pasar.

Surat kabar Vedomosti yang mengutip sumber melaporkan bahwa produsen minyak Rusia berharap untuk mempertahankan volume ekspor minyak mentah saat ini. Sementara sebelumnya pemerintah Rusia berencana untuk memangkas produksi minyak 500.000 barel per hari pada bulan Maret. 

Baca Juga: Impor Emas China Catat Rekor Tertinggi Sejak 2018, Bagaimana Prospeknya pada 2023?

Dari AS, persediaan minyak mentah dalam sepekan hingga 10 Februari naik 16,3 juta barel menjadi 471,4 juta barel. Ini adalah jumlah persediaan level tertinggi sejak Juni 2021.

Beberapa dukungan harga minyak datang dari Badan Energi Internasional dan Organisasi Negara Pengekspor Minyak. Kedua lembaga meningkatkan perkiraan mereka untuk pertumbuhan permintaan minyak global tahun ini. Salah satu penyokong kenaikan permintaan adalah aktivitas ekonomi China yang kembali menggeliat setelah lepas dari lockdown.

Menteri energi Arab Saudi mengatakan kesepakatan OPEC+ untuk memangkas target produksi minyak sebesar 2 juta barel per hari, akan dikunci hingga akhir tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati