KONTAN.CO.ID - Harga minyak tergelincir di perdagangan Asia pada hari Rabu (14/2). Setelah kelompok industri Amerika Serikat (AS) melaporkan stok minyak mentah naik lebih dari perkiraan pada minggu lalu dan investor mengekang ekspektasi penurunan suku bunga oleh The Fed. Melansir Reuters, harga minyak Brent turun 11 sen atau 0,13% menjadi US$82,66 per barel pada 0403 GMT. Sedangkan, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun 3 sen menjadi US$77,84 per barel. “Reli (harga) telah terpotong oleh angka inflasi AS yang lebih tinggi dari perkiraan, yang berpotensi mendorong kembali siklus penurunan suku bunga,” kata pemimpin tim sektor energi Bank DBS Suvro Sarkar.
Baca Juga: OPEC Yakin Permintaan Minyak Global Tetap Kuat Hingga Tahun 2025 "Selain itu, peningkatan persediaan kemungkinan akan memberikan kejutan positif pada minggu ini dan penghentian produksi di kilang BP di Whiting juga tidak membantu masalah di sisi permintaan." Persediaan minyak mentah AS naik 8,52 juta barel dalam pekan yang berakhir 9 Februari, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute yang dirilis Selasa malam. Peningkatan tersebut jauh lebih besar dari kenaikan 2,6 juta barel yang diperkirakan oleh para analis yang disurvei oleh Reuters. "Peningkatan minyak mentah cukup bearish. Namun, hal ini diimbangi oleh penurunan produk yang besar," kata analis ING dalam sebuah catatan. Analis ING menambahkan bahwa data tersebut mungkin mencerminkan penghentian produksi kilang Whiting sebanyak 435.000 barel per hari. Baca Juga: Harga Minyak Dunia Naik Dipicu Ketegangan Geopolitik Selasa (13/2), WTI ke US$77,87 Data The American Petroleum Institute (API) menunjukkan, persediaan bensin turun 7,23 juta barel dan stok sulingan turun 4,02 juta barel, keduanya merupakan penurunan yang jauh lebih besar dari perkiraan para analis. Data resmi dari Administrasi Informasi Energi AS akan dirilis pada hari Rabu pukul 15.30 GMT. Yang juga membebani pasar adalah data pada hari Selasa yang menunjukkan inflasi konsumen AS tetap tinggi pada bulan lalu. Akibatnya, investor kini memperkirakan para pengambil kebijakan The Fed akan menunggu lebih lama sebelum memangkas suku bunga, yang berpotensi mengurangi pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak. Dengan dihilangkannya ekspektasi penurunan suku bunga, dolar naik ke level tertinggi dalam tiga bulan. Baca Juga: Harga Minyak: Brent ke US$82,0 & WTI ke US$76,92, Diliputi Ketegangan Timur Tengah