Harga minyak turun karena potensi permintaan yang melambat



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak turun pada Kamis (12/8) setelah International Energy Agency (IEA) yang berbasis di Paris mengatakan penyebaran varian Delta dari virus corona akan memperlambat pemulihan permintaan minyak global.

Harga minyak mentah berjangka Brent turun 0,36% ke US$ 71,18 per barel. Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat (AS) turun 0,55%, menjadi US$ 68,87 per barel.

Pengawas energi internasional tersebut mengatakan dalam laporan bulanannya bahwa peningkatan permintaan minyak berbalik arah pada Juli. Permintaan minyak akan berjalan lebih lambat untuk sisa tahun ini setelah gelombang terbaru infeksi Covid-19 mendorong berbagai negara untuk memberlakukan pembatasan lagi.


"Pertumbuhan untuk paruh kedua tahun 2021 telah diturunkan lebih tajam, karena pembatasan Covid-19 baru yang diberlakukan di beberapa negara konsumen minyak utama, terutama di Asia, tampaknya akan mengurangi mobilitas dan penggunaan minyak," ungkap IEA seperti dikutip Reuters.

Baca Juga: Laporan Bulanan Terbaru OPEC Mempertahankan Proyeksi Pemulihan Permintaan Minyak 2021

"Kami sekarang memperkirakan bahwa permintaan turun pada Juli karena penyebaran cepat varian Delta Covid-19 menekan pengiriman di China, Indonesia, dan bagian lain di Asia," imbuh IEA.

IEA menyebut penurunan permintaan bulan lalu mencapai 120.000 barel per hari (bph) dan memperkirakan pertumbuhan akan menjadi setengah juta barel per hari lebih rendah pada paruh kedua tahun ini dibandingkan dengan perkiraan bulan lalu. Lembaga ini pun mencatat beberapa perubahan disebabkan oleh revisi data.

Dalam laporan bulanannya yang juga keluar pada hari Kamis, OPEC berpegang pada prediksi pemulihan yang kuat dalam permintaan minyak dunia pada tahun 2021 dan 2022 meskipun ada kekhawatiran tentang penyebaran virus.

Baca Juga: Harga minyak tergelincir, kekhawatiran banjir pasokan kembali muncul

Laporan ini muncul sehari setelah AS mendesak OPEC dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, untuk meningkatkan produksi minyak guna mengatasi kenaikan harga bensin. AS melihat kenaikan harga bahan bakar ini sebagai ancaman bagi pemulihan ekonomi global.

OPEC setuju pada bulan Juli untuk meningkatkan produksi setiap bulan sebesar 400.000 barel per hari dibandingkan bulan sebelumnya, mulai Agustus. Peningkatan ini akan terus berlanjut hingga sisa pemotongan rekor 10 juta barel per hari, sekitar 10% dari permintaan dunia, yang dibuat pada tahun 2020 dihapuskan.

"Pemerintahan Biden mengatakan bahwa peningkatan produksi yang baru-baru ini disepakati tidak akan sepenuhnya mengimbangi pengurangan produksi sebelumnya yang diberlakukan selama pandemi," kata ANZ dalam sebuah catatan. 

Baca Juga: Harga minyak mentah stabil Kamis (12/8) pagi, setelah seruan AS perihal pasokan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati