Harga minyak turun ke US$ 47, terbebani kekhawatiran akan rendahnya permintaan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Minyak turun pada hari Senin (28/1/2), setelah sebelumnya naik menjadi US$ 52 per barel. Optimisme atas paket stimulus AS dan dimulainya kampanye vaksinasi Eropa ditangkal oleh permintaan yang lemah dan prospek produksi OPEC + yang lebih tinggi.

Setelah Presiden AS Donald Trump mundur dari ancamannya untuk memblokir paket US$ 2,3 triliun, Demokrat pada hari Senin akan mencoba untuk mendorong pembayaran bantuan US$ 2.000 yang lebih besar. Eropa pada hari Minggu meluncurkan kampanye vaksinasi Covid-19 massal.

Melansir Reuters, harga minyak mentah Brent turun 43 sen atau 0,84% menjadi US$ 50,86 per barel, setelah diperdagangkan setinggi US$ 52,02 di awal sesi.


Sedangkan, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) ditutup 61 sen atau 1,26%, lebih rendah pada US$ 47,62 per barel.

"Penandatanganan RUU stimulus AS, dengan kemungkinan peningkatan besaran akan menempatkan harga di bawah harga minyak dalam pekan yang pendek ini," kata Jeffrey Halley, analis di broker OANDA.

Baca Juga: Harga minyak lanjutkan pelemahan, terseret penyebaran varian baru virus corona

Minyak telah pulih dari posisi terendah dalam sejarah yang dicapai tahun ini karena pandemi menekan permintaan. Minyak Brent mencapai US$ 52,48 pada 18 Desember, tertinggi sejak Maret.

Tetapi kemunculan varian baru virus telah menyebabkan pembatasan pergerakan diberlakukan kembali, mencapai permintaan jangka pendek dan membebani harga.

Minyak tetap rentan terhadap penurunan lebih lanjut terkait upaya mengendalikan virus, kata Stephen Innes, kepala strategi pasar global di Axi, dalam sebuah catatan.

Yang juga menjadi fokus adalah pertemuan 4 Januari Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC +.

OPEC+ mengurangi rekor pemotongan produksi minyak yang dibuat tahun ini untuk mendukung pasar.

OPEC + diatur untuk meningkatkan produksi sebesar 500.000 barel per hari pada Januari dan Rusia mendukung peningkatan lain dengan jumlah yang sama pada Februari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto