Harga Minyak Turun, Kekhawatiran Pasokan Reda Berkat Harapan Gencatan Senjata Timteng



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak melemah pada Selasa (20/8) pagi, karena Israel menerima proposal untuk mengatasi perbedaan pendapat yang menghalangi kesepakatan gencatan senjata di Gaza. Hal ini membantu meredakan kekhawatiran tentang gangguan pasokan di Timur Tengah.

Mengutip Reuters, harga minyak mentah Brent turun 0,15%, menjadi US$ 77,54 per barel. Sedangkan harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate untuk pengiriman September 2024 turun 0,2% dan berada di level US$ 74,23 per barel.

Harga minyak Brent telah jatuh sekitar 2,5% pada hari Senin, sementara WTI turun 3%.


Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan pada hari Senin bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah menerima proposal penghubung yang diajukan oleh Washington untuk mengatasi perbedaan pendapat yang menghalangi perjanjian gencatan senjata di Gaza, dan mendesak Hamas untuk melakukan hal yang sama.

Baca Juga: Harga Minyak Terkoreksi, Dibayangi Prospek Lesunya Permintaan dari China

Namun, kelompok Islam Palestina mengumumkan dimulainya kembali aksi bom bunuh diri di Israel setelah bertahun-tahun, dan mengaku bertanggung jawab atas ledakan di Tel Aviv pada Minggu malam. Petugas medis mengatakan serangan militer Israel menewaskan sedikitnya 30 warga Palestina di Jalur Gaza pada hari Senin. 

Hanya ada sedikit tanda-tanda perdamaian di lapangan dan kekhawatiran akan terjadinya perang yang lebih luas.

Sementara itu, produksi di ladang minyak Sharara Libya telah meningkat menjadi sekitar 85.000 barel per hari dalam sebuah langkah yang bertujuan untuk memasok kilang minyak Zawia, menurut dua insinyur yang bekerja di ladang tersebut kepada Reuters pada hari Senin. Kondisi ini juga turut meredakan kekhawatiran tentang pasokan.

Perusahaan Minyak Nasional (NOC) Libya telah menyatakan keadaan kahar (force majeure) terhadap ekspor minyak dari ladang minyak tersebut pada 7 Agustus setelah blokade oleh pengunjuk rasa memukul produksi di ladang minyak berkapasitas 300.000 barel per hari tersebut.

Di Amerika Serikat, stok minyak mentah diperkirakan turun 2,9 juta barel pada pekan lalu, menurut jajak pendapat awal Reuters pada hari Senin.

Dari sisi permintaan, kekhawatiran terhadap permasalahan ekonomi China juga menekan harga minyak. Setelah kuartal kedua yang suram, negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia ini semakin kehilangan momentum pada bulan Juli karena harga rumah baru turun pada laju tercepat dalam sembilan tahun, output industri melambat, pertumbuhan ekspor dan investasi merosot, dan pengangguran meningkat.

Sementara itu, investor juga menunggu indikasi rencana Federal Reserve AS mengenai keputusan suku bunga berikutnya.

Baca Juga: Harga Minyak Anjlok, Tertekan Kekhawatiran Permintaan China

The Fed akan memangkas suku bunga masing-masing sebesar 25 basis poin pada tiga pertemuan tersisa tahun 2024, menurut mayoritas ekonom yang disurvei oleh Reuters yang mengatakan bahwa resesi tidak mungkin terjadi.

Pejabat Fed Mary Daly dan Austan Goolsbee pada akhir pekan menandai kemungkinan pelonggaran pada bulan September, sementara risalah pertemuan kebijakan terakhir yang dijadwalkan minggu ini akan menggarisbawahi prospek dovish.

Gubernur The Fed Jerome Powell berbicara di Jackson Hole pada hari Jumat, dan investor berasumsi dia akan menyetujui usulan pemotongan suku bunga.

Pemangkasan suku bunga akan mengurangi biaya pinjaman dan dapat meningkatkan permintaan minyak di Amerika Serikat sebagai negara konsumen terbesar minyak di dunia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi