Harga Minyak Turun Lagi di Tengah Lockdown China dan Prospek Kenaikan Bunga



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak kembali turun di awal pekan ini setelah menguat di akhir pekan. Senin (12/9) pukul 6.55 WIB, harga minyak WTI kontrak Oktober 2022 di New York Mercantile Exchange melemah 0,51% ke US$ 86,35 per barel setelah menguat 3,89% di akhir pekan.

Sedangkan harga minyak Brent kontrak November 2022 di ICE Futures pagi ini melemah 0,37% ke US$ 92,50 per barel dari posisi akhir pekan US$ 92,84 per barel. Jumat lalu, harga minyak acuan internasional ini melonjak 4,14%.

Harga minyak naik sekitar 4% pada hari Jumat didukung oleh pengurangan pasokan yang nyata dan terancam. Tapi, harga minyak masih dibayangi oleh kenaikan suku bunga yang agresif dan pembatasan Covid-19 China membebani prospek permintaan.


Baca Juga: Ekonom: Dampak Kenaikan Harga BBM ke Konsumsi Rumah Tangga Akan Terasa di Kuartal IV

Presiden Rusia Vladimir Putin mengancam akan menghentikan ekspor minyak dan gas ke Eropa jika pembatasan harga diberlakukan. Pemangkasan rencana produksi minyak OPEC+ yang diumumkan minggu lalu juga mendukung harga. G7 mencari cara untuk membatasi pendapatan ekspor minyak Rusia yang menguntungkan setelah invasi. 

"Selama beberapa bulan mendatang, Barat harus menghadapi risiko kehilangan pasokan energi Rusia dan melonjaknya harga minyak," kata Stephen Brennock dari pialang minyak PVM kepada Reuters.

Ditekan oleh kekhawatiran tentang resesi dan permintaan, harga minyak Brent turun tajam dari lonjakan Maret yang mendekati level tertinggi sepanjang masa US$ 147 setelah Rusia menginvasi Ukraina.

Seorang pejabat Departemen Energi AS mengatakan Gedung Putih tidak mempertimbangkan rilis baru dari Cadangan Minyak Strategis (SPR) AS saat ini di luar 180 juta barel yang diumumkan Presiden Joe Biden beberapa bulan lalu. Sebelumnya, Menteri Energi Jennifer Granholm mengatakan kepada Reuters bahwa pemerintah sedang mempertimbangkan kebutuhan untuk rilis SPR lebih lanjut.

"Gedung Putih mundur dari pengucuran dari SPR kembali," kata Phil Flynn, seorang analis di Price Futures Group. 

Baca Juga: Konsumsi Rumah Tangga Akan Tumbuh Lebih dari 5% Meski Harga BBM Naik

Rig minyak AS yang beroperasi turun lima menjadi 591 minggu lalu, terendah sejak pertengahan Juni. Angka yang dirilis perusahaan jasa energi Baker Hughes Co ini menunjukkan karena pertumbuhan jumlah rig dan produksi telah melambat meskipun harga energi relatif tinggi.

Sementara itu, kenaikan suku bunga Bank Sentral Eropa yang belum pernah terjadi sebelumnya sebesar 75 basis poin minggu lalu dan penguncian Covid-19 di China terus membebani harga minyak.

Kota Chengdu memperpanjang penguncian untuk sebagian besar dari lebih dari 21 juta penduduknya pada hari Kamis. Sementara jutaan warga lainnya di bagian lain China diimbau untuk menghindari perjalanan selama liburan mendatang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati