Harga Minyak Turun Lagi Lebih Dari 2% pada Kamis (23/6) Pagi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak kembali merosot setelah anjlok pada perdagangan kemarin. Kamis (23/6) pukul 7.35 WIB, harga minyak WTI kontrak Agustus 2022 di New York Mercantile Exchange turun 2,24% ke US$ 103,81 per barel. Kemarin, harga minyak acuan Amerika Serikat (AS) ini turun 3,04%.

Sedangkan harga minyak Brent kontrak Agustus 2022 di ICE Futures pagi ini turun 2,01% ke US$ 109,49 per barel. Kemarin harga minyak acuan internasional ini turun 2,54%.

Harga minyak anjlok dua hari beruntun karena investor khawatir bahwa kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve dapat mendorong ekonomi AS ke dalam resesi dan mengurangi permintaan bahan bakar. Investor menilai bagaimana kenaikan suku bunga yang dirancang untuk mendinginkan inflasi yang melonjak dapat menghambat pemulihan ekonomi.


Baca Juga: Harga Emas Menguat Setelah Powell Menegaskan Komitmen

Namun, masih ada potensi penguatan harga setelah Gubernur The Fed Jerome Powell menjanjikan fokus menyeluruh untuk menurunkan inflasi. Dia pun menegaskan kembali bahwa kenaikan suku bunga kebijakan bank sentral yang sedang berlangsung akan sesuai dengan kecepatan, tergantung pada prospek ekonomi.

"Powell tampaknya mengubah suasana pasar dengan tampak yakin tentang ekonomi AS," kata Phil Flynn, analis Price Futures kepada Reuters. Dia menambahkan, pernyataan Powell telah menenangkan pasar dan menurunkan harga untuk jangka pendek.

Sementara itu, Presiden AS Joe Biden meminta Kongres untuk meloloskan penangguhan pajak bensin federal selama tiga bulan untuk membantu memerangi rekor harga bensin dan memberikan bantuan sementara bagi keluarga AS musim panas ini. Meski harga BBM yang lebih rendah sebenarnya dapat meningkatkan permintaan bahan bakar dan mendukung harga minyak mentah, analis PVM Stephen Brennock mengatakan para pedagang dapat khawatir bahwa pemerintahan Biden mungkin mengambil tindakan lebih lanjut untuk mendinginkan harga energi yang tinggi.

Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham untuk Perdagangan Kamis (23/6)

Anggota parlemen dari kedua partai besar telah menyatakan penolakannya untuk menangguhkan pajak bensin federal. Gedung Putih mengundang kepala eksekutif tujuh perusahaan minyak pada hari Kamis untuk membahas cara-cara untuk meningkatkan kapasitas produksi dan mengurangi harga bensin sekitar US$ 5 per galon.

Biden secara terbuka mengkritik perusahaan minyak karena menyimpan keuntungan besar. Tapi dia jarang berbicara langsung dengan kepala perusahaan energi atau perwakilan mereka, menurut catatan Gedung Putih dan wawancara dengan sumber-sumber industri.

CEO Chevron Michael Wirth mengatakan mengkritik industri minyak bukanlah cara untuk menurunkan harga bahan bakar dan pemerintah harus mengubah pendekatannya. Biden menjawab bahwa dia tidak menyadari bahwa para eksekutif minyak bisa sangat sensitif.

Baca Juga: The Fed Diramal Bakal Kembali Kerek Bunga 75 bps pada Juli dan 50 bps pada September

Data pemerintah menunjukkan, kapasitas penyulingan minyak AS turun pada tahun 2021 untuk tahun kedua berturut-turut. Penutupan pabrik terus mengurangi kemampuan mereka untuk memproduksi bensin dan solar.

Menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute, Stok minyak mentah AS naik sekitar 5,6 juta barel pekan lalu. Persediaan bensin meningkat 1,2 juta barel. Sementara stok sulingan turun sekitar 1,7 juta barel.

Administrasi Informasi Energi AS mengatakan data minyak mingguannya akan tertunda karena masalah sistem setidaknya sampai minggu depan. Tidak jelas kapan EIA akan mempublikasikan laporan tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati