Harga Minyak Turun lebih dari 1% Dalam Sepekan, Pasar Menimbang Permintaan China



KONTAN.CO.ID - HOUSTON. Harga minyak ditutup turun 1% pada hari Jumat dan turun lebih jauh lagi selama seminggu karena pasar tetap waspada terhadap lemahnya permintaan dari China bahkan ketika kelompok produsen OPEC+ memperpanjang pengurangan pasokan.

Minyak mentah berjangka Brent turun 88 sen, atau 1,1%, menjadi $82,08 per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 92 sen, atau 1,2%, menjadi US$ 78,01.

Kedua benchmark tersebut turun dalam seminggu, dengan harga Brent turun 1,8% dan WTI turun 2,5%.


“Sementara pasokan tetap terbatas karena pengurangan produksi OPEC dan sanksi Rusia yang memperlambat ekspor, permintaan dari China tampaknya melemah dan permintaan musim mengemudi di AS belum meningkat,” kata Dennis Kissler, wakil presiden senior perdagangan di BOK Financial seperti dikutip Reuters, Sabtu (9/3).

Baca Juga: Harga Minyak Stabil Jumat (8/3), Brent ke US$83,16 dan WTI ke US$79,15

China pada awal pekan ini menetapkan target pertumbuhan ekonomi pada tahun 2024 sekitar 5%, yang menurut banyak analis merupakan target ambisius tanpa adanya stimulus lebih banyak.

Data yang dirilis pada Kamis (7/3) menunjukkan, impor minyak mentah China meningkat dalam dua bulan pertama tahun ini dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2023, namun impor tersebut juga lebih lemah dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Penurunan ini melanjutkan tren penurunan pembelian oleh China.

Di sisi pasokan, anggota OPEC+ yang dipimpin oleh Arab Saudi dan Rusia pada hari Minggu sepakat untuk memperpanjang pengurangan produksi minyak secara sukarela sebesar 2,2 juta barel per hari hingga kuartal kedua, memberikan dukungan ekstra kepada pasar di tengah kekhawatiran terhadap pertumbuhan global dan peningkatan produksi di luar kelompok tersebut. 

Namun, produksi minyak mentah di negara-negara OPEC+ meningkat sebesar 212.000 barel per hari (bpd) pada bulan Februari dibandingkan produksi bulan Januari, menurut data dan penelitian Rystad Energy.

Sementara itu di AS, perusahaan-perusahaan energi pada minggu ini mengurangi jumlah rig minyak, yang merupakan indikator produksi di masa depan, sebanyak dua rig menjadi 504 rig pada minggu ini, yang merupakan angka terendah sejak 23 Februari, kata perusahaan jasa energi Baker Hughes.

Pasar minyak telah menerima sinyal mengenai waktu kemungkinan penurunan suku bunga di AS dan Uni Eropa dalam dua sesi sebelumnya.  Suku bunga yang lebih rendah dapat meningkatkan permintaan minyak dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan lapangan kerja AS (nonfarm payrolls) naik sebesar 275.000 baru pada bulan Februari, menurut Biro Statistik Tenaga Kerja, mengalahkan ekspektasi kenaikan sebesar 200.000 menurut survei Reuters.

Namun tingkat pengangguran juga meningkat dan pertumbuhan upah melambat, yang menunjukkan bahwa perekonomian AS mungkin melambat sehingga tetap memperhitungkan antisipasi penurunan suku bunga pada bulan Juni dari Federal Reserve.

"Data tersebut menunjukkan pasar kerja yang kurang ketat, mendukung narasi soft landing dan meningkatkan kemungkinan penurunan suku bunga pada bulan Juni," kata analis UBS Giovanni Staunovo.

Baca Juga: Harga Minyak Datar, Pasar Mempertimbangkan Permintaan China & Peningkatan Pasokan AS

Gubernur Federal Reserve AS Jerome Powell mengatakan pada hari Kamis bahwa bank sentral mulai yakin  bahwa inflasi sudah cukup turun untuk mulai menurunkan suku bunga.

Bank Sentral Eropa (ECB) kemungkinan akan mulai menurunkan suku bunga antara bulan April dan Juni, kata kepala bank sentral Prancis dan pembuat kebijakan ECB Francois Villeroy de Galhau.

Manajer keuangan menaikkan posisi net long minyak mentah berjangka AS dan posisi opsi dalam pekan hingga 5 Maret, menurut Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS (CFTC).

Editor: Herlina Kartika Dewi