KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak turun pada perdagangan perdana tahun 2021. Senin (4/1), harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari 2021 di New York Mercantile Exchange berada di US$ 48,45 per barel, turun 0,14% ketimbang harga Kamis (31/12). Harga minyak brent untuk pengiriman Maret 2021 di ICE Futures pagi ini juga turun tipis 0,08% ke US$ 51,76 per barel dari harga Kamis pekan lalu. OPEC+ akan bertemu pada hari ini untuk menentukan besaran produksi minyak di tengah lonjakan kasus virus corona. Rusia mengungkapkan bahwa OPEC+ bisa menambah produksi 500.000 barel per hari pada bulan Februari.
Sekretaris Jenderal OPEC Mohammad Barkindo kemarin mengatakan bahwa outlook minyak sangat bervariasi dan masih ada risiko penurunan yang perlu diantisipasi. Menurut data JBC Energy, produksi OPEC naik 190.000 barel per hari menjadi 25,3 juta barel per hari pada bulan Desember. Kenaikan dipicu oleh peningkatan produksi di Libya. Selain itu, kenaikan pasokan juga berasal dari Angola, Iran, Uni Emirat Arab, Velezuela, dan Aljazair.
Baca Juga: Harga emas naik meski vaksin mulai didistribusikan, ini penyebabnya Tahun lalu, harga minyak mencetak volatilitas tinggi meski ditutup di harga US$ 51 per barel untuk minyak brent. Pada bulan April, harga emas merosot hingga minus karena ada pandemi corona dan perang harga antara Arab Saudi dan Rusia. Meski harga US$ -40 per barel tidak akan terjadi tahun ini,
lockdown baru dan strain baru corona masih bisa menekan permintaan minyak tahun ini. "Dampak permintaan sangat berpengaruh," kata Peter McNally, global sector lead for industrials, material, and energy di Third Bridge. Sementara produksi minyak dan bahan-bakar cair dunia tahun lalu turun menjadi 94,25 juta barel per hari dari tahun sebelumnya 100,61 juta barel per hari. Energy Information Administration (EIA) memperkirakan produksi kemungkinan hanya akan mencapai 97,42 juta barel per hari pada tahun ini.
Baca Juga: January Effect bakal terbatas, IHSG masih berpeluang menguat di bulan ini EIA juga menyebut, konsumsi minyak dan bahan bakar cair tahun 2020 turun menjadi 92,4 juta barel per hari, turun 9% dari tahun sebelumnya 101,2 juta barel per hari.
Perubahan konsumsi akan mengubah bisnis penyulingan juga. Menurut Morgan Stanley, sekitar 1,5 juta barel per hari kapasitas penyulingan ditutup akibat perubahan ini. Harga minyak selanjutnya masih akan volatile dalam beberapa bulan. "Pasar minyak kacau dan bergejolak selama 12 bulan terakhir dengan implikasi jangka panjang ketika kita mulai membentuk kontur normalitas baru menuju keseimbangan pasca-virus," kata analis Mitsubishi UFJ Financial Group kepada
Reuters.
Baca Juga: Walau January Effect akan terbatas, IHSG diprediksi tetap menguat di bulan ini Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati