Harga Minyak Turun, Perusahaan Minyak Merugi



JAKARTA. Pengusaha minyak harus siap mengoreksi pendapatan. Menciutnya harga minyak mentah dunia akibat krisis keuangan global memaksa pengusaha minyak harus mendiskon margin keuntungan. Pasalnya, mereka harus rela menjual minyak kepada pelanggan dengan harga miring padahal sebelumnya harga minyak yang mereka peroleh dari produsen cukup tinggi.Tengok saja harga minyak untuk jenis London Brent Crude. Di pasar Singapura, minyak jenis ini turun hingga di bawah US$ 80 per barel pada Jumat (10/10). Untuk pengiriman bulan November, harga minyak jenis itu turun US$ 3,58 menjadi US$ 79,08 per barel setelah pada hari sebelumnya mencapai US$ 82,66 per barel.Hari ini juga, kontrak utama New York, harga minyak light sweet untuk pengiriman di bulan yang sama turun US$ 4,24 ke level US$ 82,37 per barel. Sebelumnya, harga minyak light sweet di perdagangan New York Mercantile Exchange sebesar US$ 86,59. Kondisi ini jelas membuat perusahaan minyak kelimpungan. Pembeli menuntut harga minyak sesuai dengan harga pasar. Kalau sudah begini, perusahaan minyak tidak bisa memasang harga lama. Di sisi lain, mereka juga akan menanggung rugi karena menjual minyak mentah di bawah harga saat mereka membeli dari produsen.Perusahaan Mengoreksi PendapatanPresiden Direktur PT Patra Niaga Toharso bilang, dampak penurunan harga minyak mentah dunia ini terasa pada hampir semua perusahaan pemain minyak. "Ya kita jual rugi. Artinya kita menjual tapi rugi. Kalau tidak, kita tidak punya pendapatan. Pembeli ingin harga disesuaikan dengan harga sekarang" ujar Toharso, Jumat (10/10).Untuk menutupi kerugian, imbuh Toharso, Patra Niaga harus menggerus margin keuntungan. Apalagi, anak perusahaan PT Pertamina (Persero) itu mengalami peningkatan volume penjualan sebesar 25% pada September lalu. "Kalau volume penjualan semakin meningkat kan semakin menggerus keuntungan," tuturnya. Karenanya, saat iniĀ  mereka tengah sibuk mengoreksi pendapatan.Tak-tanggung-tanggung, pemangkasan margin keuntungan ini terbilang cukup lumayan jumlahnya. Toharso menggambarkan, jika beberapa bulan lalu Patra Niaga menjual minyak di kisaran harga Rp 10.000 per liter maka saat ini perusahaannya menjual minyak dengan harga sekitar Rp 8.000 per liter. "Artinya ada penurunan Rp 2000 setiap liternya," terangnya. Sebagai informasi, Patra Niaga merupakan perusahaan penjual minyak dengan kapasitas penjualan lebih dari 100.000 kilo liter per bulan. Selain dari impor, Patra Niaga mendapat pasokan minyak dari Pertamina. Namun, tidak semua perusahaan di sektor bisnis hilir minyak ketiban sial. PT AKR Corporindo, misalnya. Sekretaris Perusahaan PT AKR Corporindo Suresh Vembu bilang, sebagai distributor bahan bakar minyak (BBM) non subsidi bisnis AKR tidak terpengaruh penurunan harga minyak dunia. "Harga minyak naik atau turun itu kita terapkan ke konsumer sehingga tidak beresiko bagi AKR," ujar Suresh.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: