KONTAN.CO.ID - LONDON. Harga minyak kembali beredar di atas US$ 100 sebarel jelang akhir pekan. Tapi, kenaikan harga minyak dalam dua hari terakhir belum mampu menutup penurunan harga minyak secara mingguan. Kekhawatiran atas potensi penurunan permintaan yang didorong oleh resesi melebihi kekhawatiran pasokan global yang ketat. Jumat (8/7) pukul 21.12 WIB, harga minyak WTI kontrak Agustus 2022 di New York Mercantile Exchange menguat 0,11% ke US$ 102,84 per barel. Dalam sepekan, harga minyak acuan Amerika Serikat (AS) ini merosot 5,15%.
Sedangkan harga minyak Brent kontrak September 2022 di ICE Futures hari ini naik 0,20% ke US$ 104,87 per barel. Dalam sepekan, harga minyak acuan internasional ini terjun 6,06%.
Baca Juga: Belajar dari Strategi Investasi Warren Buffett di Tengah Kenaikan Suku Bunga The Fed Kedua tolok ukur tersebut masih mencatatkan penurunan mingguan, sebagai lanjutan dari penurunan bulanan pertama sejak November. Harga minyak jatuh pada hari Selasa. Penurunan harga minyak Brent hingga US$ 10,73 adalah penurunan terbesar ketiga kontrak sejak mulai diperdagangkan pada tahun 1988. Bank-bank sentral menaikkan suku bunga untuk menjinakkan inflasi. Langkah ini memicu kekhawatiran bahwa kenaikan biaya pinjaman dapat menghambat pertumbuhan. Sementara pengujian massal Covid-19 di Shanghai minggu ini menimbulkan kekhawatiran atas potensi penguncian yang juga dapat menekan permintaan minyak. "Dengan lebih banyak kenaikan suku bunga yang akan datang dan kemungkinan AS dalam resesi teknis, potensi kenaikan bisa sangat terbatas," Stephen Innes, direktur pelaksana di SPI Asset Management, mengatakan kepada
Reuters.
Baca Juga: Wall Street Turun, Data Tenaga Kerja yang Membaik Menambah Potensi Kenaikan Bunga Data pekerjaan non-pertanian AS menunjukkan pertumbuhan pekerjaan meningkat lebih daripada yang diharapkan pada bulan Juni. Tanda kekuatan pasar tenaga kerja yang terus-menerus memberi amunisi Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga 75 basis poin lagi akhir bulan ini. Harga minyak telah melonjak selama paruh pertama tahun ini. Harga minyak mentah Brent mendekati rekor tertinggi US$ 147 per barel setelah Rusia melancarkan invasi ke Ukraina pada Februari,, menambah kekhawatiran pasokan yang diperkirakan akan memburuk oleh beberapa analis.
Baca Juga: Harga Emas Rebound Tipis Usai Ditutup Naik ke US$ 1.740 Per Ons Troi, Dolar Koreksi "Kekhawatiran ekonomi mungkin telah mengguncang harga minyak minggu ini, tetapi pasar masih memberikan sinyal
bullish. Ini karena ketatnya pasokan lebih cenderung meningkat daripada mereda," kata Stephen Brennock dari pialang minyak PVM. Larangan Barat terhadap ekspor minyak Rusia telah mendukung harga dan memicu pengalihan arus sementara Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya berjuang untuk memenuhi janji peningkatan produksi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati