Harga Minyak Turun Tipis Setelah Melesat Akibat Serangan Terbaru Israel



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak pagi ini melemah tipis setelah kemarin melonjak US$ 1. Harga minyak kemarin melonjak setelah tiga putra seorang pemimpin Hamas tewas dalam serangan udara Israel di Jalur Gaza, menambah kekhawatiran bahwa perundingan gencatan senjata mungkin terhenti.

Kamis (11/4) pukul 7.46 WIB, harga minyak WTI turun tipis 0,04% ke US$ 86,18 per barel. Kemarin, harga minyak mentah berjangka WTI AS naik 98 sen, atau 1,2%, menjadi US$ 86,21 per barel.

Sementara harga minyak mentah berjangka Brent naik US$ 1,06, atau 1,2%, menjadi US$ 90,48 per barel pada perdagangan kemarin.


“Pasar minyak telah dan terus menjadi sangat reaktif terhadap berita dari Gaza,” kata John Kilduff, partner di Again Capital LLC di New York kepada Reuters.

Militer Israel membenarkan serangan tersebut dan menggambarkan ketiga putranya sebagai anggota sayap bersenjata Hamas. Pada hari Selasa, Hamas mengatakan pihaknya sedang mempelajari proposal gencatan senjata Israel dalam perang Gaza yang telah berlangsung lebih dari enam bulan. Hamas menyebutnya sebagai proposal yang “keras kepala” dan tidak memenuhi satu pun tuntutan Palestina.

Baca Juga: Indeks Harga Konsumen AS Meningkat, The Fed Diprediksi Tunda Penurunan Suku Bunga

Konflik yang terus berlanjut dapat menyeret negara-negara lain, terutama Iran yang merupakan pendukung Hamas. Iran merupakan produsen minyak terbesar ketiga di Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC).

Keputusan Meksiko untuk membatasi ekspor minyak mentah untuk memasok kilang dalam negeri juga mendukung harga minyak dunia. Impor minyak mentah Meksiko dari AS mencapai rekor rendah pada awal April.

Harga minyak sempat turun setelah data pemerintah AS menunjukkan persediaan minyak mentah dan bahan bakar membengkak jauh lebih besar dari perkiraan. Stok minyak AS melesat karena lemahnya permintaan dan rendahnya ekspor minyak.

Stok minyak mentah AS naik 5,8 juta barel pada pekan yang berakhir 5 April, lebih dari dua kali lipat kenaikan sekitar 2,4 juta barel yang diperkirakan para analis. Persediaan produk olahan meningkat secara tak terduga dengan bensin naik sebesar 700.000 barel dan stok sulingan sebesar 1,7 juta barel.

Data Badan Informasi Energi (EIA) AS juga menunjukkan penurunan pasokan produk minyak sekitar 2,1 juta barel per hari (bpd), yang merupakan representasi dari permintaan bahan bakar dan penurunan ekspor minyak mentah sebesar 2,7 juta barel per hari.

“Beberapa faktor yang menahan kenaikan harga minyak mentah pada awal minggu ini adalah adanya harapan gencatan senjata di Gaza dan peningkatan persediaan minyak mentah di AS,” kata Tony Sycamore, analis pasar IG di Singapura.

Baca Juga: Wall Street Melemah Tajam, Inflasi Tinggi Meredupkan Harapan Penurunan Suku Bunga AS

Secara terpisah, EIA AS menaikkan tajam perkiraan produksi minyak mentahnya. Mereka mengantisipasi peningkatan sebesar 280.000 barel per hari menjadi 13,21 juta barel per hari pada tahun 2024, naik dari perkiraan sebelumnya sebesar 20.000 barel per hari.

EIA memperkirakan harga minyak mentah Brent rata-rata US$ 88,55 per barel pada tahun 2024, naik dari perkiraan sebelumnya sebesar US$ 87. EIA juga meningkatkan perkiraan pertumbuhan permintaan selama dua tahun terakhir.

“Secara umum hal ini menegaskan kembali prospek pasar minyak dengan OPEC+ yang mengendalikan pasar minyak dengan baik,” kata analis SEB Bjarne Schieldrop.

Laporan pasar minyak bulanan OPEC akan diterbitkan pada hari Kamis, 11 April. Laporan pasar minyak Badan Energi Internasional (IEA) akan diterbitkan pada hari Jumat, 12 April.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati